Ia juga tidak pernah memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, termasuk tentang kebijakan larangan pendidikan bagi perempuan muda dan partisipasi wanita di ruang publik.
Untuk mendalami pemahaman terhadap pemimpin tertinggi ini, yang telah memilih untuk menjauh dari perhatian umum, dilakukan analisis terhadap semua pidatonya yang dapat ditemukan.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
Sejak dia menjadi pemimpin Taliban pada tahun 2016, telah dikeluarkan sebanyak 65 dekrit. Selain itu, ada lima pesan yang dirilis menjelang Hari Raya Idul Fitri sejak tahun 2018, dan tiga di antaranya muncul setelah Taliban mengambil alih kembali Afghanistan pada Agustus 2021.
Pemerintah Taliban juga telah merilis transkrip dari semua pidatonya sejak dia menjadi pemimpin tertinggi mereka. Semua transkrip ini dianalisis menggunakan teknologi Pemrosesan Bahasa Alami, yang menghitung frekuensi penggunaan setiap kata.
Keislaman Hebatullah
Baca Juga:
Taliban Larang Hampir 500 Perempuan Jadi Guru Taman Kanak-kanak
Pemimpin Taliban secara rutin menggunakan kata 'Islam' dalam pidato-pidatonya di hadapan publik, dan frekuensi kata ini mencapai 170 kali.
Dalam visualisasi "word cloud", kelompok kata yang mewakili konsep 'Islam' muncul dengan ukuran yang paling besar. Dia secara berulang kali menyampaikan pesan bahwa Afghanistan harus diperintah berdasarkan prinsip-prinsip hukum Islam.
Bagi Hebatullah Akhundzada, pemisahan antara agama dan negara tidak ada. Baginya, negara dijalankan sebagai entitas pemerintahan Islam yang diatur oleh prinsip-prinsip hukum syariah.