Ia mendorong penduduk Afghanistan untuk membentuk kehidupan mereka sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Islam dan mematuhi pandangan tersebut.
Namun, kritikus-kritikusnya berpendapat bahwa interpretasi Islam yang ekstrem seperti ini berbeda secara signifikan dari mayoritas dari 50 negara berpenduduk Muslim di dunia.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
Bahkan PBB telah menyuarakan istilah "apartheid gender" dalam konteks pemerintahan Taliban, mengingat pengetatan yang terus berlanjut terhadap kendali mereka terhadap kebebasan perempuan.
Ini termasuk larangan bagi perempuan untuk berada di taman-taman umum atau bahkan pergi ke salon kecantikan.
Melihat ke negara-negara Barat
Baca Juga:
Taliban Larang Hampir 500 Perempuan Jadi Guru Taman Kanak-kanak
Hanya sekali ia merujuk pada kata 'pemilihan', namun penegasannya tidak berupaya menggambarkan hal yang positif. Saat berbicara di hadapan kumpulan cendekiawan Islam yang besar di Kabul pada Juni 2022, ia mengumumkan, 'Saya bukanlah seorang presiden, bukan juga seseorang yang dihasilkan dari pemilihan rakyat, atau politisi yang jujur'.
Pandangan Hebatullah Akhundzada terhadap berbagai bentuk demokrasi ala Barat terus menjadi bahan ejekan.
Sebelum jatuhnya Kabul ke tangan Taliban dua tahun yang lalu, dia menggunakan kata 'Amerika' dalam pidatonya lebih dari 55 kali, hampir selalu dengan nada yang bermusuhan.