Dia harus merendam kakinya dalam ember berisi es kering selama lebih dari 10 jam dan setuju untuk diikat ke kursi oleh Liao, untuk memastikan bahwa dia menahan rasa sakit yang sangat melelahkan.
Melansir Tribunnews, pada tanggal 28 Januari, setelah 10 jam merendam kakinya dalam es kering, Chang harus dirawat di rumah sakit dan karena dokter tidak dapat lagi menyelamatkan anggota tubuhnya, dia mengalami amputasi ganda di bawah lutut.
Baca Juga:
Tragedi Api Los Angeles, 137 Kilometer Persegi Luluh Lantak
Dia mengajukan klaim asuransi segera setelah keluar dari rumah sakit dan dia sebenarnya mendapat bayaran 230.000 TWD (lebih dari Rp113 juta) dari salah satu perusahaan asuransi, namun perusahaan asuransi lainnya memutuskan untuk menyelidiki kasus tersebut.
Jumlah polis asuransi yang tidak lazim yang diperoleh dalam waktu singkat serta cedera yang diduga dialami oleh Chang karena radang dingin telah menimbulkan kecurigaan dari pihak perusahaan asuransi, yang kemudian beberapa di antaranya melaporkan kasus ini kepada otoritas lokal.
Selama tahap penyelidikan lebih lanjut, jaksa menemukan bahwa luka yang dialami oleh Chang memiliki karakteristik yang tidak lazim, dengan tidak adanya bekas luka di sepatu atau kaus kakinya.
Baca Juga:
MK Putuskan Pasal 251 KUHD Inkonstitusional, Perusahaan Asuransi Tak Bisa Batalkan Klaim Sepihak
Saat meneliti data cuaca pada tanggal 26 Januari, malam ketika cedera karena radang dingin diduga terjadi, suhu di daerah tersebut berkisar antara 6 hingga 17 derajat Celsius, tidak cukup rendah untuk menyebabkan radang dingin.
Ketika melakukan pemeriksaan di kediaman kedua pemuda tersebut, pihak berwenang menemukan dokumen asuransi, catatan medis, dan sebuah kotak styrofoam yang berisi es kering.
Jaksa menduga bahwa Liao mengalami kesulitan finansial yang signifikan setelah kehilangan investasinya di pasar mata uang kripto, dan dia berhasil meyakinkan Chang untuk mengikuti rencananya dengan harapan mendapatkan pembayaran asuransi yang besar.