Namun kecaman terhadap buku ini semakin meningkat dan dua bulan kemudian setelah penerbitan, banyak protes di jalan-jalan.
Salah satu hal yang dianggap penghujatan adalah dua perempuan penghibur dalam buku itu dinamakan istri-istri Nabi Muhammad.
Baca Juga:
Annie Ernaux Dinobatkan Sebagai Pemenang Nobel Sastra 2022
Pada Januari 1989, warga Muslim di Bradford, Inggris, membakar buku tersebut dan toko buku WHSmith menghentikan pajangan buku.
Rushdie sendiri menolak tudingan bahwa buku itu penghujatan.
Pada bulan Februari 1989, sejumlah orang meninggal dalam kerusuhan anti-Rushdie, sementara di Teheran, kedutaan Inggris dilempari batu.
Baca Juga:
Iran Bantah Pihaknya Terlibat Penikaman Salman Rushdie
Di Inggris sendiri, sejumlah pemuka Muslim mendesak warga menahan diri sementara yang lainnya mendukung Ayatollah.
Amerika Serikat, Prancis, dan negara-negara Barat lain mengecam ancaman hukuman mati itu.
Rushdie sendiri, yang saat ini masih dalam persembunyiaan bersama istrinya dan dilindungi polisi, menyatakan penyesalan mendalam karena menyebabkan kemarahan, namun Ayatollah kembali menyerukan agar penulis ini pantas mati.