WahanaNews.co | Militer Korea Selatan (Korsel) mengungkapkan pihaknya melepaskan tembakan peringatan ke arah kapal Korea Utara (Korut), yang kedapatan melintasi perbatasan maritim pada Sabtu (15/4/2023).
Insiden itu terjadi di tengah ketegangan di Semenanjung Korea terkait uji coba rudal Pyongyang.
Baca Juga:
Pjs. Gubernur Kaltara Togap Simangunsong Terima Kunjungan Investor Korea Selatan Oktober 2024
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel menuturkan pihaknya melepaskan tembakan peringatan dan menyiarkan peringatan untuk mengusir kapal patroli Korut yang melanggar Garis Batas Utara (NLL), batas laut de facto, sekitar pukul 11 pagi pada hari Sabtu.
"Militer kami mempertahankan postur pertempuran yang menentukan sambil memantau pergerakan musuh sebagai persiapan untuk potensi provokasi terkait pelanggaran NLL oleh kapal patroli Korea Utara," kata JCS dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (16/4/2023) seperti dilansir dari Channel News Asia.
"Selama operasi, sebuah kapal patroli Korsel melakukan "kontak kecil" dengan kapal penangkap ikan China di dekatnya karena jarak pandang yang buruk, sehingga tidak ada masalah keselamatan tetapi luka ringan di antara awak Korea Selatan," JCS menambahkan.
Baca Juga:
Krisis Kelahiran di Korut: Pemerintah Penjarakan Dokter Aborsi dan Sita Alat Kontrasepsi
melansir Sindonews, serbuan Korut terjadi ketika ketegangan berkobar atas peningkatan kegiatan militer negara tertutup itu dalam beberapa pekan terakhir, termasuk uji coba rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat pada Jumat lalu yang menurut para ahli akan memfasilitasi peluncuran rudal dengan sedikit peringatan.
Sejak 1990-an, Pyongyang mempermasalahkan NLL - yang dibuat pada akhir Perang Korea 1950-53 - dengan alasan NLL seharusnya berada jauh di selatan.
Oktober lalu, kedua Korea saling menembakkan tembakan peringatan di perairan barat, menuduh satu sama lain telah melanggar perbatasan laut di wilayah yang sering terjadi konfrontasi.
Pyongyang telah mengancam aksi militer ketika pasukan Korsel dan AS melakukan latihan musim semi tahunan mereka sejak Maret, menyebut dua negara bersekutu itu latihan untuk perang nuklir.
Pemimpin Korut, Kim Jong-un, minggu ini memerintahkan penguatan pencegahan perang dengan cara yang lebih praktis dan ofensif untuk melawan apa yang disebut negara terisolasi itu sebagai gerakan agresi oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Seoul dan Washington mengatakan latihan mereka bersifat defensif dan ditujukan untuk menghalangi Korut. [eta]