“Biasanya kami tidak mendapat tanggapan, terkadang kami mendapat tanggapan nonverbal. Tapi secara keseluruhan kami berusaha untuk mendorong pertemuan yang aman dan profesional saat kami berdua beroperasi di wilayah udara internasional,” katanya.
China, yang memiliki Angkatan Laut terbesar di dunia, mengeklaim kedaulatan atas sebagian besar Laut China Selatan meskipun ada putusan penting tahun 2016 oleh pengadilan internasional bahwa klaimnya tidak memiliki dasar hukum.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Sikapnya itu membuat marah sejumlah negara di kawasan yang memiliki sengketa teritorial.
AS dan banyak tetangga China menuduh Beijing menggunakan taktik "zona abu-abu" yang bukan merupakan tindakan perang yang sah untuk mengintimidasi negara lain dan menegaskan kontrol yang lebih besar atas wilayah tersebut.
Sebagai tanggapan, AS secara teratur melakukan “kebebasan navigasi” dan operasi lainnya di perairan dan wilayah udara internasional.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
China mengatakan pihaknya melindungi kedaulatan dan kepentingan maritimnya dan bahwa “pengintaian jarak dekat” oleh pesawat dan kapal perang Amerika mengancam keamanan nasionalnya serta merusak perdamaian dan stabilitas kawasan.
Pulau-pulau buatan yang dibangun China dalam dekade terakhir telah memudahkan penjaga pantai dan milisi maritimnya untuk melakukan patroli hampir setiap hari.
“Anda sekarang melihat kehadiran konstan di area yang paling diperebutkan,” kata Raymond Powell dari Gordian Knot Center for National Security Innovation di Stanford.