Di pulau-pulau lain yang dulunya kecil, singkapan berbatu, China diam-diam telah memasang landasan pacu, situs radar, dan sistem rudal.
“Sejak saya di Angkatan Laut, sudah 18, 19 tahun sekarang, saya dapat memberi tahu Anda bahwa ada perubahan dramatis selama rentang itu, khususnya Laut China Selatan,” kata perwira AS, Marc Hines, di dalam pesawat patroli.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Dia menambahkan bahwa pembangunan landasan pacu dan hanggar adalah “khas sekarang tetapi belum tentu demikian” ketika dia bergabung dengan Angkatan Laut.
Hasilnya adalah beberapa pertemuan yang menegangkan. Akhir tahun lalu, militer AS mengatakan sebuah pesawat Angkatan Udara yang melakukan operasi rutin di atas Laut China Selatan terpaksa melakukan manuver mengelak untuk menghindari tabrakan dengan jet tempur China yang terbang sangat dekat.
Beijing menyalahkan AS atas insiden itu dan mengatakan akan terus mengambil "langkah-langkah yang diperlukan".
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Mengingat ketegangan AS-China atas berbagai masalah termasuk program balon pengawasan Cina, kekhawatirannya adalah insiden kecil di Laut China Selatan dapat dengan mudah meningkat. Hal itu disampaikan John Rennie Short, seorang profesor di University of Maryland, Baltimore County, yang mempelajari geopolitik wilayah tersebut.
“Anda hanya khawatir percikan api kecil bisa meledak,” kata Short, yang menghabiskan satu semester di University of the Philippines Diliman di Manila.
Waswas pada agresi China, Filipina di bawah Presiden Ferdinand Marcos Jr berupaya mengakrabkan kembali hubungannya dengan AS, yang ingin terlibat kembali dengan kawasan Asia-Pasifik tidak hanya secara militer tetapi juga secara ekonomi dan diplomatik.