"Meskipun kecepatan vaksinasi telah dipercepat,
kepatuhan terhadap protokol kesehatan telah menurun secara signifikan,"
katanya.
Iran telah menggantungkan harapannya pada vaksinasi untuk
membantu krisis kesehatan. Namun kampanye vaksinasi yang diluncurkan pada
Februari telah berkembang lebih lambat dari yang direncanakan pihak berwenang.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Akibat sanksi AS yang mempersulit pengiriman uang ke luar
negeri, Iran saat ini sedang berjuang untuk mengimpor vaksin untuk 83 juta
penduduknya.
Kementerian Kesehatan mengatakan lebih dari 12,5 juta orang
telah diberikan vaksin pertama, tetapi hanya 3,7 juta telah menerima dua
suntikan yang diperlukan.
Presiden baru Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa
"rencana untuk mengubah cara menghadapi virus corona" akan ditinjau
minggu depan. Akan tetapi dia tidak memberikan rincian apapun.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Memimpin rapat gugus tugas Covid, ia juga berjanji untuk
"mendukung produksi vaksin dalam negeri" sambil "tidak
ragu-ragu" untuk mengimpor vaksin dari luar negeri.
Pihak berwenang telah menyetujui penggunaan darurat dua
vaksin yang diproduksi secara lokal, dengan satu-satunya yang diproduksi secara
massal, COVIran Barekat, masih kekurangan pasokan.
Pekan lalu, pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei
memerintahkan pemerintah untuk mengambil "langkah-langkah yang
diperlukan" untuk menahan penyebaran pandemi.