WAHANANEWS.CO - Saat umat Katolik menanti pemilihan Paus baru, muncul spekulasi tentang asal kandidat.
Banyak yang berharap Paus berikutnya berasal dari Afrika, mengingat pesatnya pertumbuhan jumlah umat Katolik di benua itu. Dalam periode 2022–2023, populasi Katolik Afrika meningkat 3,31%, dengan 20% umat Katolik dunia kini tinggal di sana, menurut data Vatikan.
Baca Juga:
Jokowi Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, Duduk Sejajar dengan Trump dan Zelensky
Sebaliknya, Eropa mengalami pertumbuhan paling rendah dan semakin sekuler.
Pastor Stan Chu Ilo dari Nigeria menyatakan bahwa memilih Paus dari Afrika akan mencerminkan demografi global Gereja.
Ia mencatat bahwa meskipun proporsi kardinal Afrika di Vatikan meningkat menjadi 12% pada 2022, tidak ada pendeta senior Afrika yang menonjol secara global saat ini.
Baca Juga:
Ratusan Ribu Orang Hadiri Prosesi Pemakaman Paus Fransiskus di Roma
Pastor Paulinus Ikechukwu Odozor dari Universitas Notre Dame menegaskan bahwa asal usul seharusnya bukan faktor utama.
Baginya, Paus haruslah seorang teolog utama yang mampu membimbing seluruh umat, tanpa mengutamakan latar belakang geografis.
Meski begitu, masih ada kekhawatiran tentang kurangnya kekuasaan nyata bagi kardinal Afrika dan isu rasisme yang belum sepenuhnya dibicarakan di Gereja Katolik.
Pastor Odozor memperingatkan bahwa seorang Paus Afrika berisiko dipandang sekadar sebagai "Paus Afrika" daripada pemimpin seluruh Gereja.
Akhirnya, baik Pastor Ilo maupun Pastor Odozor sepakat bahwa yang terpenting adalah memilih Paus yang meneruskan visi Paus Fransiskus: Gereja yang berpihak pada kaum miskin dan lebih mendengarkan umatnya.
Pastor Ilo menambahkan bahwa hasil konklaf bisa saja mengejutkan, sebagaimana terpilihnya Paus Fransiskus pada 2013.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]