Para peneliti memberikan rentang estimasi 16,3–29,3 juta kematian untuk mengantisipasi berbagai ketidakpastian, termasuk program mana yang akan dipangkas serta potensi guncangan eksternal seperti perang, krisis ekonomi, atau bencana terkait iklim.
Dalam skenario pemangkasan yang lebih ringan, penelitian memperkirakan 9,4 juta kematian tambahan.
Baca Juga:
WHO dan OCHA Peringatkan Krisis Kemanusiaan Gaza Makin Parah di Tengah Musim Dingin
Pemangkasan Serentak oleh Donor Utama
Trump, dalam upaya penghematan yang disebut-sebut mendapat masukan dari orang terkaya di dunia Elon Musk, memangkas bantuan luar negeri lebih dari 80% setelah menjabat dan menutup USAID, yang sebelumnya merupakan badan bantuan terbesar di dunia dan mengelola US$35 miliar pada tahun fiskal 2024.
Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyatakan bahwa bantuan tersebut tidak lagi melayani kepentingan inti AS, dengan menyoroti bagaimana negara penerima sering memberikan suara berseberangan di PBB, serta menyerukan agar bantuan difokuskan pada tujuan yang lebih jelas dan spesifik.
Baca Juga:
PBB Ungkap Israel Tolak 107 Bantuan Masuk Gaza Sejak Gencatan Senjata
Dalam kesaksiannya di hadapan Kongres, Rubio membantah bahwa pemangkasan bantuan AS menyebabkan kematian dan menuduh para pengkritik diuntungkan oleh apa yang ia sebut sebagai “kompleks industri LSM”.
Alih-alih menutup kekosongan yang ditinggalkan AS, Inggris, Prancis, dan Jerman juga memangkas bantuan mereka karena tekanan anggaran domestik dan keputusan untuk memprioritaskan belanja pertahanan menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Di antara para donor utama bantuan pembangunan internasional, hanya Jepang yang mempertahankan tingkat bantuannya relatif stabil selama dua tahun terakhir.