Tekanan juga meningkat terhadap kritikus dan jurnalis pemerintah, khususnya reporter wanita. Beberapa di antaranya mengalami pelecehan daring tanpa henti, termasuk ancaman kematian dan pemerkosaan.
Aksi ini terutama terjadi di Kashmir sejak pemerintah Modi pada 2019, yang memberlakukan aturan langsung di wilayah mayoritas Muslim yang bergolak. Para aktivis menyebut ia memiliki setengah juta tentara yang ditempatkan di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Polisi Sebut yang Laporkan Pendeta Gilbert Adalah Farhat Abbas
Kritikus juga mengatakan Modi telah gagal menghentikan peningkatan insiden serangan terhadap minoritas, penyalahgunaan agama oleh garis keras Hindu, sekaligus intoleransi terhadap perbedaan pendapat di negara itu.
Masyarakat Hindu telah menghukum mati lusinan orang, terutama Muslim dan Hindu Dalit, yang diduga mengangkut sapi atau memakan daging sapi secara ilegal.
Kelompok sayap kanan Hindu juga menargetkan Muslim atas "jihad cinta", teori konspirasi bahwa Muslim memikat wanita Hindu dengan tujuan konversi dan akhirnya mendominasi secara nasional.
Baca Juga:
Bupati Bone Bolango: Idul Fitri Momentum Peningkatan Kinerja
Umat Muslim juga dituduh menyebarkan Covid-19, sementara massa Hindu menargetkan umat Muslim yang sholat Jumat di India utara.
Biksu Hindu yang dikenal dengan retorika anti-Muslim mereka yang berapi-api telah menyerukan pembersihan etnis Muslim India dengan tipe Rohingya.
Pada Juni, Partai Bharatiya Janata Modi menghadapi reaksi diplomatik setelah Qatar, Kuwait dan Iran memanggil utusan negara tersebut atas pernyataan menghina Nabi Muhammad oleh dua pejabatnya. Beberapa negara Muslim lainnya juga menyuarakan kemarahan dan mengutuk pernyataan tersebut.[gab]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.