WahanaNews.co | Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, digulingkan dari kekuasaannya melalui pemungutan suara mosi tidak percaya pada Minggu (10/4).
Khan dipastikan lengser dari jabatan usai 174 anggota parlemen mendukung mosi tidak percaya tersebut.
"Akibat pemungutan suara ini, mosi tidak percaya diloloskan," ujar Plt ketua parlemen Pakistan, Sardar Ayaz Sadiq, sebagaimana dilansir AFP.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Imran Khan merupakan mantan bintang kriket internasional yang berubah haluan menjadi politikus. Ia menjabat sebagai perdana menteri ke-19 Pakistan sejak Agustus 2018.
Khan lahir pada 1952 di kota timur laut Lahore. Pada 1992, ia memenangkan satu-satunya Piala Dunia Kriket ODI untuk Pakistan yang membawanya sebagai pahlawan generasi muda Pakistan kala itu.
Eks Pemain Kriket
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
Dilansir dari kantor berita Anadolu, Khan mulai bermain kriket saat usianya 16 tahun. Ia merupakan mahasiswa di Aitchison College, sekolah para birokrat dan politikus papan atas yang bergengsi.
Ketika menginjak usia 18 tahun, dia mengenyam pendidikan di Royal Grammar School High Wycombe, Inggris, dan Universitas Oxford untuk belajar ilmu politik, filsafat, dan ekonomi.
Selama tinggal di Inggris, ia mulai bermain kriket county dan mewakili Pakistan di kriket internasional.
Dia pun membintangi lima Piala Dunia pada 1975, 1979, 1983, 1987, dan 1992.
Karier Politik
Empat tahun usai menerima sambutan hangat di seluruh negeri karena memenangkan Piala Dunia kriket pada 1992, Khan memutuskan bergabung dengan politik.
Ia mendirikan Pakistan Tehreek-e-Insaaf (PTI) pada 1996, namun baru pada 2011 pesannya bergema di publik. Saat itu, ia mengadakan rapat umum besar-besaran di Lahore yang mengejutkan para komentator politik dan membunyikan alarm bagi oposisi.
Pada pemilu 2013, Khan tampak sukses menggaet kaum muda. Dia sempat menyulitkan dua partai politik utama yaitu Liga Muslim Pakistan-Nawas dan Partai Rakyat Pakistan yang sejak lama bergiliran memerintah negara itu sebelum dia naik ke tampuk kekuasaan.
Partainya muncul sebagai partai terbesar di provinsi Khyber Pakhtunkhwa dan membentuk pemerintahan koalisi di provinsi tersebut bersama Jemaat-e-Islami pada 2013.
Dalam pemilihan pada Juli 2018, partainya memenangkan kursi terbanyak dan membentuk pemerintahan di provinsi tengah, Khyber Pakhtunkhwa dan Punjab.
Kepemimpinan Khan
Pada 2018, setelah lebih dari dua dekade perjuangannya dalam politik, Khan berhasil mencapai mimpinya sebagai perdana menteri. Dalam pemilu saat itu, ia berjanji untuk memberantas kemiskinan dan korupsi di Pakistan.
Masa jabatannya membuatnya menghadapi banyak rintangan, mulai dari kenaikan inflasi hingga pandemi global. Pemerintahan Khan juga sempat menangani rekor penurunan cadangan devisa, dan tahun lalu menerima dana talangan $6 miliar dari Dana Moneter Internasional.
Pada 2019, permusuhan antara Pakistan dan India menyebabkan bentrokan antar kedua negara bersenjata nuklir tersebut. Diplomasi kedua negara pun sempat menyebabkan kebuntuan yang berlangsung cukup lama.
Tahun berikutnya pun Khan diuji akibat pandemi Covid-19. Lalu pada Agustus 2021, Khan juga menyaksikan ketika Taliban memulai pemberontakan di Afghanistan.
Pakistan diketahui memiliki hubungan yang dalam dengan kelompok ekstremis dan telah lama dituduh mendukung Taliban.[zbr]