Selain angkat suara soal konflik Israel-Palestina, Biden juga mengulangi janjinya untuk kembali ke kesepakatan nuklir 2015 guna mengekang program nuklir Iran.
Pada April, Iran dan AS sebenarnya memulai pembicaraan tidak langsung yang membahas kesepakatan nuklir 2015 di Wina.
Baca Juga:
Lagi, Diplomat RI Bungkam PM Vanuatu Gegara Isukan Pelanggaran HAM Papua Barat
Tetapi, pembicaraan itu terhenti dua hari setelah Ebrahim Raisi terpilih sebagai Presiden Iran pada Juni, sebagaimana dilansir Reuters.
Berpidato setelah Biden, Raisi melalui video mengungkapkan keinginannya agar pembicaraan nuklir dengan kekuatan dunia guna mengarah pada penghapusan sanksi AS dilanjutkan.
“Republik Islam (Iran) menganggap pembicaraan bermanfaat yang hasil akhirnya adalah pencabutan semua sanksi (AS) yang menindas,” kata Raisi.
Baca Juga:
Penuh Perdebatan, Siapa yang Wakili Myanmar di Sidang Majelis Umum PBB?
Dia menambahkan, penindasan dari AS terhadap Iran masih berlangsung, dan Teheran tidak menginginkan apa pun selain apa yang menjadi hak mereka.
“Semua pihak harus tetap setia pada kesepakatan nuklir dan Resolusi PBB dalam praktiknya,” tutur Raisi.
Para pejabat Iran dan Barat mengatakan, masih banyak masalah yang harus diselesaikan sebelum kesepakatan nuklir 2015 dapat dihidupkan kembali. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.