Konfederasi Perekrutan dan Ketenagakerjaan (REC) Inggris pada awal September lalu mengatakan, kalangan pengusaha Inggris optimistis tentang prospek ekonomi mereka pada Agustus.
Namun upaya mereka merekrut pegawai dihadang kurangnya pasokan tenaga kerja.
Baca Juga:
Kalah Telak, PM Inggris Rishi Sunak Tinggalkan Kursi Pimpinan Partai
Kondisi itu mengkhawatirkan sejumlah pihak, termasuk Gubernur Bank of England Andrew Bailey.
Pihak REC mengatakan, ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi kurangnya pasokan tenaga kerja di Inggris.
Faktor itu antara lain keengganan kalangan pekerja beralih peran karena pandemi, kurangnya pekerja asal negara-negara UE, serta kurang terampilnya tenaga kerja yang ada, terutama untuk memenuhi standar keterampilan khusus yang dibutuhkan.
Baca Juga:
Unggul di Quick Count, PM Belanda dan 4 Kepala Negara Ucapkan Selamat ke Prabowo
Saat ini kebutuhan tenaga kerja di Inggris sangat tinggi.
Akibat kurangnya pasokan tenaga kerja, para pengusaha pergudangan di Inggris dilaporkan harus membayar 30 persen lebih tinggi dari biasanya.
Tambahan itu dikeluarkan untuk merekrut staf-staf mereka.