"Jika itu dikabulkan, kita akan menghadapi hari-hari di mana ada risiko jelas akan terjadi sesuatu yang serius. Saya sangat khawatir akan apa yang mungkin terjadi," ucap Kristersson dalam wawancara dengan TT.
Pada 20 Juli lalu, Kedutaan Besar Swedia di Baghdad, Irak, diserang dan dibakar oleh para demonstran yang marah dengan rencana aksi pembakaran Al-Qur'an.
Baca Juga:
Debat soal Palestina Memanas, Menlu Swedia Dihujani Tomat dan Bawang
Kristersson mengatakan bahwa keputusan untuk memberikan izin bagi unjuk rasa semacam itu berada di tangan Kepolisian Swedia.
Dinas keamanan Swedia, SAPO, mempertahankan penilaiannya terhadap tingkat ancaman di negara itu pada level 3 dari total lima level, yang menandakan 'ancaman yang meningkat' selama krisis.
Namun bos SAPO, Charlotte von Essen, menyebut muncul reaksi keras terhadap peristiwa baru-baru ini.
Baca Juga:
Raih 18 Trofi Selama Karir, Ini Profil Sven-Goran Eriksson yang Meninggal Dunia
"Swedia telah berubah dari dipandang sebagai negara yang toleran menjadi negara anti-Islam," sebut Von Essen kepada wartawan setempat.
Pemerintah Swedia dan Denmark telah menyatakan kecaman keras terhadap aksi pembakaran Al-Qur'an, namun juga menegaskan bahwa mereka tidak bisa mencegah aksi semacam itu karena ada aturan hukum yang melindungi kebebasan berbicara.
Diketahui sebelumnya sekelompok kecil aktivis anti-Islam melakukan pembakaran Al-Qur'an di depan Kedutaan Besar Mesir dan Turki yang ada di Kopenhagen, Denmark.