Kebijakan itu dimaksudkan untuk lebih membatasi pertumbuhan penduduk China dan membantu merangsang ledakan ekonomi.
Pada akhirnya hal itu menghasilkan tingkat kesuburan yang rendah dan populasi yang menua dalam jumlah besar.
Baca Juga:
Pengamat Militer: DF-5B Bukti China Siap Tanding Kekuatan Nuklir Amerika
Tahun lalu, China mengalami lebih banyak kematian daripada kelahiran, menurut data pemerintah yang dipublikasikan minggu ini. Para pejabat mengatakan 10,41 juta orang meninggal sementara 9,56 juta lahir.
Pada 2015, China mengakhiri kebijakan satu anak dan mulai mengizinkan pasangan menikah untuk memiliki dua anak. Itu memperluas tunjangan lagi pada tahun 2021, mengizinkan hingga tiga anak.
Namun mengapa langkah ini malah menyebabkan penurunan populasi?
Baca Juga:
China Ungkap Atmosfer Mencekam Jelang Pertandingan Lawan Indonesia
Kegagalan Pemerintah Dorong Pasangan Punya Anak
Yun Zhou, asisten profesor sosiologi di University of Michigan, mengatakan bahwa upaya China baru-baru ini untuk membalikkan arah dan mendorong keluarga untuk memiliki lebih banyak anak tidak berhasil.
"Dari penelitian saya sendiri, apa yang saya lihat adalah perempuan sering menolak dan sering memprioritaskan pekerjaan mereka yang dibayar dan memprioritaskan pengejaran cita-cita individualistis daripada insentif berkelanjutan ini," kata Zhou.