"Tapi karena China adalah negara otoriter, masih harus dilihat sejauh mana dan seberapa ekstrim negara akan benar-benar berusaha memberi insentif kelahiran," tambahnya.
Zhou juga mencatat bahwa meskipun pemerintah China telah mendorong pasangan heteroseksual yang sudah menikah untuk memiliki lebih banyak anak, orang LGBTQ dan orang yang belum menikah sering kali dihilangkan dari kebijakan resmi.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Pandemi Covid-19 juga membebani tingkat kesuburan China. Setelah Covid-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, penguncian yang terjadi di seluruh dunia menyebabkan kesulitan ekonomi dan isolasi sosial yang luas.
Itu terutama terjadi di China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, di mana dalam beberapa kasus orang dikurung di rumah mereka selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu karena penguncian pandemi yang ketat dilakukan untuk memperlambat penyebaran virus. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.