Langkah itu dilakukan Presiden Rajapaksa demi memulihkan kepercayaan publik dan diharapkan dapat mengembalikan ekonomi ke jalurnya.
Sejauh ini, Sri Lanka berusaha bertahan di tengah, terutama didukung oleh jalur kredit senilai 4 miliar dollar AS (Rp 60 triliun) dari negara tetangga India. Tetapi, Wickremesinghe memperingatkan agar tidak berhadap bantuan India akan bertahan lama.
Baca Juga:
Presiden Jokowi dan Presiden Wickremesinghe Bahas Peningkatan Kerja Sama Indonesia-Sri Lanka
Sebelumnya pada Juni, PBB memulai seruan publik di seluruh dunia untuk memberikan bantuan. Akan tetapi, proyeksi pendanaan sejauh ini hampir tidak menyentuh 6 miliar dollar AS, yang dibutuhkan negara itu untuk tetap bertahan selama enam bulan ke depan.
Minyak dengan potongan harga
Baca Juga:
Bakamla RI Terima Kunjungan Kehormatan DSCSC Sri Lanka
Wickremesinghe mengatakan kepada AP dalam sebuah wawancara 12 Juni, bahwa dia akan mempertimbangkan untuk membeli minyak dengan potongan harga yang lebih besar dari Rusia untuk membantu negara itu melalui krisisnya.
Beberapa kebijakan yang berkontribusi terhadap kerusakan ekonomi sejak itu telah dibalik, termasuk pemotongan pajak 2019 dan larangan impor pupuk kimia tahun lalu. Namun, masih perlu waktu untuk melihat dampaknya.
“Sri Lanka menggantungkan harapan terakhir pada IMF,” kata berita utama baru-baru ini di surat kabar Colombo Times.