"Sosok masharati sedikit mirip dengan sosok Sinterklas saat Natal—pertunjukan malam hari, doa dan nyanyian khusus. Kehadiran ini memiliki arti tersendiri dalam suasana liburan," katanya.
Ayoub berhenti di dekat beberapa rumah yang pemiliknya dia kenal, memanggil nama penghuninya. "Abu Marwan, bangun!" dia memanggil ke salah satu pemilik rumah di lingkungan itu.
Baca Juga:
Dampak Bahaya Minum Kopi Saat Sahur dan Berbuka Puasa
"Yalla, yalla," jawab suara yang kuat dan jelas dari dalam rumah, "Tuhan memberkati Nabi Muhammad."
Setelah melewati semua gang Abboud, Ayoub pindah ke lingkungan Sheikh Abdallah terdekat. Di sana, di pintu masuk salah satu rumah, berdiri Hajjah Umm-Bilal, kepalanya dihiasi dengan penutup tradisional, dan beberapa anggota keluarganya di sampingnya.
"Aku sudah menunggumu selama satu jam, Michel, setiap Ramadan aku harus melihatmu dan mendengarmu," kata wanita berusia 60-an tahun itu.
Baca Juga:
Ledakan Bom Israel Jelang Sahur Tewaskan 36 Orang Sekeluarga di Gaza
"Ikut makan," desaknya. Tapi Ayoub dengan sopan menolak—dia harus pergi ke beberapa gang lagi, dan puasa akan segera dimulai.
Ayoub menyelesaikan turnya di dalam Kota Tua Acre, di rumah Ahmed Askeri, saudara laki-laki Suleiman. Meja sarapan sudah disiapkan.
Tahrir Akkar, sang ibu mertua, meminta Ayoub datang ke kota lagi, kalau bisa di hari Jumat. "Kami ingin anak-anak melihatmu dan mungkin berjalan bersamamu," katanya.