WahanaNews.co | Prancis dan Uni Eropa melakukan penyelidikan usai kelompok aktivis lingkungan hidup melaporkan temuan 100 ribu ikan mati di Samudra Pasifik lepas pantai negara pimpinan Presiden Emmanuel Macron itu.
Menteri Perikanan dan Maritim Prancis, Annick Girardin, mengatakan bahwa ia sudah memerintahkan Pusat Pemantau Perikanan Nasional untuk menyelidiki laporan kelompok aktivis Sea Shepherd France tersebut.
Baca Juga:
Cerita CEO Telegram Pavel Durov Diduga Miliki Empat Paspor
"Melihat gambar-gambar yang dirilis @SeaShepherdFran, saya meminta Pusat Pemantau Perikanan Nasional untuk menyelidiki penyebab kematian ikan-ikan ini. Tentunya gambar-gambar ini sangat mengejutkan," tulis Girardin melalui Twitter.
Girardin memerintahkan penyelidikan ini setelah Sea Shepherd France merilis foto-foto yang memperlihatkan bangkai-bangkai ikan bergelimpangan di perairan lepas pantai Prancis.
"Ini yang terjadi sekarang di Teluk Biscay di lepas pantai La Rochelle. Empat kapal pabri beroperasi di are itu, termasuk Margiris, kapal pukat terbesar di dunia (dilarang di Australia)," tulis kelompok itu melalui Twitter.
Baca Juga:
Turut Meriahkan Pra Olimpiade Paris 2024, PLN Hadirkan Reog Ponorogo di Acara Exhibition Pencak Silat
Komisioner Uni Eropa untuk Urusan Lingkungan Hidup, Virginijus Sinkevicius, kemudian menyatakan, ia sudah memerintahkan "pihak berwenang dari negara yang benderanya berkibar di kapal itu untuk memberikan informasi lengkap dan bukti mengenai kasus itu."
Tak lama setelah itu, pihak yang mewakili pemilik kapal berbendera Lithuania itu, Pelagic Freezer-Trawler Association (PFTA), menyatakan bahwa ikan-ikan itu "sengaja dilepas ke laut" pada Kamis lalu karena jaring kapal pukat itu robek.
"Kecelakaan seperti ini jarang terjadi, dan kasus kali ini terjadi karena jumlah ikan yang ditangkap sangat banyak," demikian pernyataan PFTA yang dikutip Associated Press.