Pada awal terbentuknya, rakyat Afganistan menyambut baik
kelompok Taliban. Warga Afganistan menaruh kepercayaannya kepada Taliban
setelah berhasil menggulingkan Mujahiddin dari kursi kepala negara. Kepercayaan
warga pada saat itu meningkat ketika Taliban berhasil memberantas kasus korupsi
di Afganistan.
Mereka dinilai mampu untuk menegakkan keadilan sesuai dengan
syariat Islam. Popularitas Taliban meroket saat mereka berhasil membangun jalan
di berbagai kawasan dalam negeri untuk memperlancar perdagangan.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Namun, karena munculnya aturan-aturan yang tidak bisa
diterima oleh kelompok Afganistan lainnya, sehingga timbul sejumlah perlawanan
dari berbagai etnik lokal, seperti etnik Uzbek, Tajik, hingga Hazara.
Taliban memiliki lima puluh delapan ribu dan seratus ribu
milisi penuh waktu. Ketika Amerika Serikat telah menarik pasukannya yang
tersisa di Afganistan, Taliban telah meningkatkan serangan terhadap warga
sipil, menguasai perlintasan perbatasan yang kritis, dan secara dramatis
memperluas kehadirannya di seluruh negeri.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
Pada Juli 2021, kelompok tersebut menguasai 54 persen
distrik Afganistan, menurut Foundation for Defense of Democracies Long War
Journal, sebuah publikasi berbasis di AS yang telah meliput perang AS melawan
al-Qaeda dan kelompok militan lainnya sejak 2007; hanya beberapa bulan
sebelumnya mereka hanya menguasai 20 persen. Pada pertengahan musim panas 2021,
enam belas dari tiga puluh empat ibu kota provinsi negara itu berisiko jatuh di
bawah kendali Taliban.
Nasib Afghanistan