WahanaNews.co | Rusia memberi sinyal bakal segera meluncurkan rudal nuklir jarak menengahnya di Eropa. Hal itu bisa saja dilakukan Kremlin, jika Amerika Serikat (AS) dan NATO terus melakukan penekanan ke Rusia.
Diketahui Rusia bersitegang dengan AS dan NATO di Laut Hitam soal kepemilikan Krimea. Kekhawatiran Rusia menyerang Ukraina yang juga mengklaim wilayah Krimea menjadi penyebab.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Peringatan ini keluar dari mulut Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov. Ia mengatakan Rusia akan terpaksa bertindak jika Barat menolak untuk bergabung dengannya dalam moratorium kekuatan nuklir jarak menengah (INF) di Eropa, tawaran paket jaminan keamanan yang diminta Rusia sebagai harga untuk meredakan krisis di Ukraina.
"Kurangnya kemajuan menuju solusi politik dan diplomatik akan membuat Rusia menanggapi dengan cara militer, dengan teknologi militer," katanya dikutip kantor berita RIA, dilansir Reuters, Selasa (14/12/2021).
"Artinya, ini akan menjadi konfrontasi, ini akan menjadi putaran berikutnya," ujarnya lagi merujuk ke rudal Rusia.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Rudal nuklir jarak menengah memiliki jangkauan 500 hingga 5.500 km (310 hingga 3.400 mil). Sebelumnya penggunaannya dilarang di Eropa berdasarkan perjanjian 1987 antara pemimpin Uni Soviet saat itu Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan, simbol berakhirnya Perang Dingin (Cold War).
Di 1991, setidaknya sudah 2.700 rural dihancurkan. Namun than ini, ketegangan kedua negara memuncak akibat krisis Krimea-Ukraina.
Sebelumnya pekan lalu, Presiden AS Joe Biden berkoordinasi dengan kelompok Sembilan Bucharest NATO untuk membahas potensi eskalasi militer setelah Moskow. Ini pasca Negeri Beruang Putih mengirimkan lebih dari 100 ribu militernya ke daerah yang sebelumnya milik Ukraina.