Rencana ini, dua di Stockholm dan satu di Helsingborg, telah memicu keprihatinan serius dan menuai kecaman luas.
Dalam salah satu kasus yang sangat mengkhawatirkan, penyelenggara demonstrasi yang mengusulkan pembakaran Al-Qur'an di luar sebuah masjid di Stockholm menyatakan niat mereka untuk melaksanakan aksi tersebut "secepat mungkin".
Baca Juga:
Debat soal Palestina Memanas, Menlu Swedia Dihujani Tomat dan Bawang
Pembakaran Al-Qur'an yang baru-baru ini terjadi di luar masjid Stockholm telah memicu kemarahan dan kritik yang luas, serta berpotensi menimbulkan konsekuensi politik yang merugikan bagi proses keanggotaan Swedia di NATO.
Dengan persetujuan untuk membakar kitab suci agama di depan umum ini, Swedia menemui tantangan dalam menjaga keseimbangan antara kebebasan berbicara dan penghormatan terhadap keyakinan agama.
Bagaimana negara ini akan menavigasi keseimbangan yang rapuh ini dalam menghadapi keputusan kontroversial seperti itu masih harus dilihat.
Baca Juga:
Raih 18 Trofi Selama Karir, Ini Profil Sven-Goran Eriksson yang Meninggal Dunia
Panggilan dari komunitas agama untuk mengakhiri tindakan penistaan terhadap kitab suci ini sangat jelas, karena mereka menekankan pentingnya persatuan, rasa hormat, dan harmoni dalam masyarakat global yang beragam.
Kongres Yahudi Eropa (EJC) mengutuk dengan tegas keputusan otoritas Swedia untuk memberikan izin pembakaran kitab suci dan teks yang provokatif oleh kelompok ekstremis di negara tersebut.
Presiden EJC, Dr. Ariel Muzicant, mengatakan, "Tindakan provokatif, rasis, dan anti-Semit seperti ini tidak memiliki tempat dalam masyarakat yang beradab."