"Menghina sensitivitas agama dan budaya yang paling dalam dari individu adalah ekspresi yang paling jelas untuk mengirim pesan bahwa minoritas tidak diterima dan tidak dihormati," tambah Muzicant.
"Tindakan ini, dengan mengklaim kebebasan berbicara yang tumpang tindih dan bermuka dua, merupakan aib bagi Swedia dan pemerintah demokratis mana pun yang seharusnya mencegahnya," jelasnya.
Baca Juga:
Debat soal Palestina Memanas, Menlu Swedia Dihujani Tomat dan Bawang
Muzicant menambahkan, "Semua agama dan semua orang dengan itikad baik dan prinsip kesopanan yang mendasar harus bersatu dalam mengutuk tindakan yang mengerikan ini. Apa yang dimulai dengan kata-kata dan kitab suci selalu berakhir dengan pelanggaran hak asasi manusia. Itulah yang terjadi di masa-masa paling gelap di Eropa, dan hal itu masih terjadi saat ini."
Kepala Rabi Israel, Yitzhak Yosef, menulis surat kepada Perdana Menteri Swedia, Olaf Kristerton, pada hari Jumat, menyatakan bahwa penistaan terhadap tempat suci Israel adalah tindakan anti-Semitisme, bukan kebebasan berekspresi.
Dalam suratnya, Yosef menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas rencana demonstrasi di Stockholm di depan Kedutaan Israel dengan pembakaran Taurat.
Baca Juga:
Raih 18 Trofi Selama Karir, Ini Profil Sven-Goran Eriksson yang Meninggal Dunia
Ia menegaskan bahwa tindakan membakar kitab suci merupakan pelanggaran serius yang tidak dapat dibenarkan dengan alasan kebebasan berekspresi. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.