WahanaNews.co, Jakarta - Banyak negara mencapai kemakmuran karena memiliki cadangan sumber daya yang melimpah. Sebagai contoh, Brunei Darussalam, yang kaya raya berkat keberlimpahan minyak dan gas.
Namun, ada juga kasus seperti Singapura, sebuah negara kecil yang berhasil mencapai kemakmuran meskipun tidak memiliki sumber daya alam, dan menjadi pusat ekonomi di Asia.
Baca Juga:
Singapura Jauh Melesat Lebih Maju dari Indonesia, Ternyata Ini Penyebabnya
Penilaian status kekayaan atau kemiskinan suatu negara umumnya diukur berdasarkan pendapatan nasional bruto per kapita.
Menurut standar Bank Dunia, banyak negara yang saat ini tergolong dalam kategori miskin dulunya pernah menikmati tingkat kekayaan yang signifikan.
Melansir CNBC Indonesia, inilah 7 negara miskin yang dulunya tajir melintir.
Baca Juga:
Berikut Daftar 10 Negara Miskin di Asia, RI Termasuk?
1. Mali
Mali pernah dikenal sebagai negara kaya. Pada puncak kejayaannya pada tahun 1300, Kekaisaran Mali adalah negara terkaya di Afrika dan salah satu negara terkaya di dunia.
Bahkan, aisarnya pada abad ke-14, Mansa Musa, yang diyakini sebagai salah satu orang terkaya dalam sejarah.
Mali pernah kaya karena memiliki cadangan emas dunia yang yang diperdagangkan dengan pedagang dari Mesir, Persia, Venesia, dan Genoa.
Setelah kehancuran kerajaan abad ke 16, kekuatan dan kekayaannya berkurang dan belum pulih sejak itu. Saat ini, sebagian besar penduduknya bergantung pada pertanian musiman dan hidup sederhana.
PBB memasukkan Mali pada daftar 47 negara dengan pembangunan tertinggal.
2. Irak
Irak adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia pada tahun 1960-1970an.
Pendapatannya dihasilkan dari minyak bumi sebagai produsen kedua terbesar di dunia, sekaligus negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Pada tahun-tahun maju tersebut, Irak mencapai kejayaan dalam infrastruktur, perawatan kesehatan, dan layanan sosialnya.
Namun kejayaan Irak pudar setelah terjadi konflik terus menerus dengan negara tetangganya. Kondisi ini diperparah dengan kontroversi perebutan kekuasaan di dalam negeri.
3. Kuba
Kuba sempat menjadi salah satu negara dengan Gross Domestic Product (GDP) per kapita tertinggi di Benua Amerika.
Negara ini juga sempat mencatat angka kepemilikan mobil dan telepon tertinggi, serta ikut dalam booming industri gula dan pariwisata. Selain itu, Kuba juga sempat menjadi lokasi favorit orang kaya Amerika bermain judi.
Sayangnya ketimpangan ekonomi pada 1950an yang semakin parah membuat rakyat jengah. Kondisi makin parah akibat kekuasaan militer yang represif, kejahatan yang terorganisir, perdagangan narkoba, serta prostitusi.
4. Zimbabwe
Sejak tahun 2000, Zimbabwe telah beralih dari negara yang paling kaya menjadi termiskin hingga butuh bantuan.
Zimbabwe mengalami bencana ekonomi mulai dari ekstrim hiperinflasi hingga resesi yang berdampak buruk pada kehidupan masyarakat.
Sebelumnya pada 1980, Zimbabwe adalah negara yang terkenal dengan kekayaan alam dan memiliki industri pertanian handal.
Situasi memburuk pada 1990an hingga pada 2000 presiden saat itu Mugabe memutuskan merebut tanah pertanian milik ras lain. Kebijakan ini berdampak buruk karena lahan tak diolah dengan baik hingga produksi terus anjlok.
5. Nauru
Pada 1970-an Nauru adalah negara kaya yang menarik keuntungan dari cadangan fosfat. Barang tambang ini adalah komponen kunci industri pupuk, yang sangat membantu perekonomian negara tersebut.
Pemerintah dan masyarakat Nauru sempat merasakan hidup mewah.
Nauru sebetulnya sudah mempertimbangkan alternatif lain saat cadangan fosfat makin sedikit. Pemerintah menginvestasikan sejumlah dana dengan harapan memperoleh sumber pemasukan baru.
Sayangnya dana tidak dikelola dengan baik, hingga Nauru jatuh dalam jeratan utang. Kondisi ini diikuti bangkrutnya sistem perbankan dan telekomunikasi yang berdampak pada kehidupan masyarakat.
6. Venezuela
Negara ini dulunya memang tidak termasuk miskin atau sangat perlu bantuan.
Sayangnya Venezuela sangat bergantung pada cadangan minyak bumi hingga 90 persen pendapatan negaranya bergantung pada industri barang tambang tersebut.
Akibatnya, Venezuela merasakan dampak buruk saat harga minyak bumi jatuh pada 2014.
Negara ini mengalami hiperinflasi sehingga masyarakat tak mampu memenuhi kebutuhannya. Akibatnya terjadi keributan di dalam negeri, yang makin parah akibat Amerika tidak mau merestrukturisasi utang Venezuela.
7. Latvia
Pada masa lalu, Latvia merupakan sebuah negara yang sangat makmur di wilayah Eropa, bahkan melampaui tingkat kekayaan Finlandia, Denmark, dan Uni Soviet. K
eberlimpahan sumber daya kayu dan hasil bumi membuat Latvia menjadi negara yang maju.
Sayangnya, selama Perang Dunia II, Latvia jatuh ke tangan penguasa Nazi dan Soviet, menyebabkan negara ini mengalami kemiskinan dan tertinggal hingga saat ini.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]