Ia menambahkan, pasukan Rusia bisa jadi menggunakan rudal canggih karena mungkin kehabisan senjata lain.
"Biayanya terlalu tinggi," katanya.
Baca Juga:
Tegang! 12 Jet Tempur dan Bomber Korea Utara Dihadang 30 Jet Tempur Korsel
"Tidak ada yang mengharapkan perang begitu panjang," lanjutnya.
Peneliti strategi pertahanan dan pemimpin redaksi DSI, Joseph Henrotin, juga sependapat dengan Felgenhauer.
Melalui Twitter, ia menyebut bahwa Rusia mungkin kehabisan sistem rudal balistik jarak pendek atau ingin meningkatkan posisinya dengan mengerahkan rudal hipersonik berkemampuan nuklir di Ukraina.
Baca Juga:
Pembunuh Kapal Induk, Begini Gaharnya Senjata Hipersonik Rusia Kinzhal
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS, Llyod Austin, tidak mengkonfirmasi ataupun membantah apakah Rusia menggunakan senjata hipersonik.
Namun, ia memperingatkan bahwa invasi Rusia sedang mengalami perubahan taktik, termasuk penargetan warga sipil.
"Saya tidak akan melihatnya sebagai pengubah permainan," kata Austin kepada acara bincang-bincang di CBS, yaitu Face the Nation.