WahanaNews.co | Taliban
menguasai 2 ibu kota provinsi hanya dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada Sabtu
(7/8), Taliban merebut ibu kota provinsi kedua yang menjadi basis pendukung
seorang panglima perang pemerintah Afghanistan yang terkenal.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Wakil gubernur kota Sheberghan di Jawzjan mengatakan pasukan
dan pejabat pemerintah telah mundur ke bandara di pinggiran kota Afghanistan
utara, di mana mereka bersiap membela diri.
"Sayangnya kota ini telah jatuh sepenuhnya,"
ungkap Wakil Gubernur Jawzjan Qader Malia kepada AFP.
Kota ini adalah rumah bagi panglima perang terkenal Abdul
Rashid Dostum, yang baru kembali ke Afghanistan pekan ini dari perawatan medis
di Turki. Dia diyakini berada di Kabul.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
Taliban telah menguasai sebagian besar pedesaan Afghanistan
sejak melancarkan serangkaian serangan pada Mei, bertepatan dengan dimulainya
penarikan terakhir pasukan asing.
"Pada Jumat, kota Zaranj di Nimroz jatuh ke tangan Taliban
tanpa perlawanan," ungkap wakil gubernurnya. Zaranj menjadi ibu kota
provinsi pertama yang direbut pemberontak Taliban.
"Ada lebih banyak perlawanan di Sheberghan," papar beberapa
sumber kepada AFP, tetapi seorang pembantu Dostum mengkonfirmasi kota itu telah
direbut.
Dostum telah mengawasi salah satu milisi terbesar di utara,
yang menciptakan reputasi menakutkan dalam perjuangannya melawan Taliban pada
1990-an.
Dia dan pasukannya dituduh membantai ribuan tahanan perang
pemberontak.
Kekalahan atau mundurnya para pejuang yang setia pada Dostum
akan merusak harapan pemerintah Kabul baru-baru ini bahwa kelompok-kelompok
milisi dapat membantu memperkuat militer negara yang kewalahan melawan Taliban.
Wakil Gubernur Nimroz, Roh Gul Khairzad, mengatakan Zaranj
telah jatuh "tanpa perlawanan."
Unggahan media sosial menunjukkan Taliban disambut beberapa
penduduk kota gurun, yang telah lama memiliki reputasi pelanggaran hukum.
Mereka menunjukkan Humvee militer yang direbut, mobil SUV
mewah, dan truk pickup yang melaju kencang di jalan-jalan, mengibarkan bendera
putih Taliban ketika penduduk setempat yang kebanyakan pemuda menyemangati
Taliban.
"Salah satu hal pertama yang dilakukan pemberontak saat
memasuki Zaranj adalah membuka gerbang penjara lokal," ujar para pejabat,
membebaskan tahanan Taliban bersama dengan para penjahat biasa.
Video di Twitter menunjukkan massa menjarah kantor-kantor
pemerintah, mencuri meja, kursi kantor, lemari, dan televisi. Kebenaran video
itu tidak dapat segera dikonfirmasi.
"Pasukan keamanan Afghanistan kehilangan moral mereka karena
propaganda intens oleh Taliban," ujar seorang pejabat senior dari kota itu,
yang meminta tidak disebutkan namanya, kepada AFP.
"Bahkan sebelum serangan Taliban, sebagian besar
pasukan keamanan meletakkan senjata mereka di tanah, melepas seragam mereka,
dan meninggalkan unit mereka dan melarikan diri," papar dia.
Pemerintah belum memberikan komentar resmi tentang jatuhnya
kedua kota tersebut.
Dikuasainya Sheberghan terjadi sehari setelah kepala
departemen informasi media pemerintah Afghanistan ditembak mati di Kabul dalam
serangan yang diklaim Taliban.
Setelah upaya pembunuhan yang gagal terhadap menteri
pertahanan Afghanistan pada Selasa, Taliban memperingatkan mereka sekarang
menargetkan para pejabat senior pemerintah sebagai pembalasan atas peningkatan
serangan udara.
Taliban sudah menguasai sebagian besar pedesaan dan sekarang
menantang pasukan pemerintah di ibu kota provinsi lainnya termasuk Herat, dekat
perbatasan barat dengan Iran, dan Lashkar Gah serta Kandahar di selatan.
Dari Kunduz, aktivis Rasikh Maroof mengatakan kepada AFP
melalui telepon bahwa pertempuran berkecamuk semalam di pinggiran beberapa
bagian kota, dengan Taliban tampaknya tidak dapat memperoleh terobosan yang
signifikan.
"Pasukan pemerintah bertahan dengan serius," ujar dia,
menggunakan serangan udara untuk melawan tembakan mortir dan senjata berat
Taliban.
Terlepas dari situasi yang memburuk, juru bicara Gedung
Putih Jen Psaki mengatakan pada Jumat bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Joe
Biden masih percaya menarik pasukan AS keluar dari Afghanistan setelah 20 tahun
perang adalah hal yang benar. [qnt]