Qidra mengatakan 300 liter itu hanya akan cukup untuk menyalakan listrik setengah jam, sedangkan Al Shifa membutuhkan 8.000-10.000 liter bahan bakar per hari yang dikirim oleh Palang Merah atau lembaga internasional.
Namun, seorang pejabat Israel mengatakan 300 liter bisa bertahan beberapa jam karena hanya ruang gawat darurat yang beroperasi.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Sang ahli bedah, Dr El Mokhallalati, mengatakan bayi-bayi prematur yang biasanya dirawat di inkubator terpisah sekarang dibaringkan delapan orang dalam satu ranjang. Mereka dihangatkan dengan daya listrik yang tersisa.
Setelah tiga bayi meninggal, masih ada 36 bayi yang dirawat di bangsal kelahiran, katanya.
"Kami menduga akan kehilangan lebih banyak bayi setiap hari," kata sang dokter.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Rumah sakit besar kedua di Gaza utara, Al Quds, juga telah berhenti beroperasi.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan RS itu dikelilingi oleh pertempuran sengit, sehingga konvoi kendaraan Palang Merah untuk mengevakuasi pasien dan staf medis tidak bisa menjangkaunya.
Badan-badan PBB mengheningkan cipta satu menit pada Senin bagi 101 staf yang telah tewas di Gaza, angka terbanyak sejak PBB didirikan usai Perang Dunia Kedua.