Organisasi internasional itu telah menjalankan operasi kemanusiaan selama beberapa generasi di Gaza, yang sebagian besar penduduknya adalah pengungsi.
Dunia Terbelah
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Konflik yang telah berlangsung selama lebih dari sebulan ini telah membuat dunia terpecah. Banyak negara mengatakan serangan Hamas ke Israel tidak berarti bahwa serangan balasan Israel, yang telah membunuh begitu banyak warga sipil di Gaza yang padat penduduk, bisa dibenarkan.
Israel, yang mengaku akan menghancurkan Hamas, menolak gencatan senjata dengan dalih bahwa hal itu akan memberi Hamas kesempatan untuk menghimpun kekuatan. AS mendukung sikap Israel tersebut meski mengatakan tetap mendorong sekutunya itu untuk melindungi warga sipil.
"Amerika Serikat tidak ingin melihat pertempuran di rumah sakit di mana orang-orang tak berdosa, pasien yang dirawat, terjebak dalam baku tembak, dan kami telah berdiskusi aktif dengan Pasukan Pertahanan Israel tentang hal ini," kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, kepada CBS News.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Ratusan ribu warga sipil diyakini masih berada di Gaza utara meski ada perintah dari Israel untuk meninggalkan wilayah itu.
Israel juga terus membombardir Gaza selatan. Pejabat kesehatan di sana mengatakan sedikitnya 14 orang tewas dalam dua serangan terpisah di Kota Khan Younis. Di RS Nasser, orang-orang membawa para korban, termasuk anak-anak, dengan kendaraan pribadi.
"Banyak mayat di bawah reruntuhan, kami perlu ambulans," teriak seorang pria.