Keputusan ini menuai kontroversi dan berdampak langsung pada persepsi publik serta investor terhadap Tesla.
“Saya tahu keputusan ini tidak populer di sebagian kalangan,” ujar Musk dalam wawancara daring bulan lalu, “tapi saya percaya pada efisiensi dan reformasi pemerintahan.”
Baca Juga:
China Siap-siap Hantam Negara yang Kompak dengan AS, Begini Ancamannya
Namun di tengah tekanan tersebut, saham Tesla sempat melonjak 5,37% dalam perdagangan yang ditutup Rabu (23/4/2025) waktu setempat, setelah Musk merilis laporan kinerja kuartal pertama (Q1) yang dianggap cukup positif.
Meski demikian, Elon Musk tidak menampik bahwa perang dagang antara AS dan China telah menciptakan tantangan serius bagi Tesla, khususnya dalam pengembangan robot humanoid Optimus yang tergantung pada pasokan magnet tanah jarang dari China.
"China ingin ada jaminan bahwa magnet tanah jarang mereka tidak digunakan untuk kepentingan militer AS. Tentu saja kami tidak menggunakannya untuk tujuan militer.
Baca Juga:
Mengaku sebagai Tuan Setan, Pria AS Ini Ancam Bunuh Trump dan Elon Musk
Magnet itu kami pakai untuk robot humanoid," ungkap Musk dalam laporan kinerjanya, seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (24/4/2025). Musk pun menegaskan bahwa robot Optimus buatan Tesla tidak dirancang untuk menjadi senjata.
Sebagaimana diketahui, pada bulan ini China resmi memberlakukan pembatasan ekspor magnet tanah jarang sebagai tanggapan atas kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.
Trump sendiri telah menetapkan tarif impor hingga 145% untuk barang dari China, sementara China membalas dengan tarif 125% terhadap barang dari AS.