WahanaNews.co, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengalami tekanan yang semakin meningkat terkait agresi yang dilancarkannya di Jalur Gaza Palestina selama hampir dua bulan.
Meskipun Israel awalnya mendapat dukungan kuat dari sekutu dekat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis pada awal agresi, namun dukungan tersebut mulai berkurang seiring dengan meningkatnya jumlah korban tewas di Gaza, yang mencapai 20.000 jiwa per Rabu (21/12).
Baca Juga:
Lebanon Kian Terancam, Netanyahu Sesumbar Hantam Hizbullah Tanpa Ampun
Awalnya, Amerika Serikat mendukung operasi militer Israel sebagai tindakan balasan dan pertahanan diri terhadap serangan milisi Hamas.
Namun, seiring berjalannya waktu, negara-negara tersebut mulai bersikap hati-hati dalam menyuarakan dukungan mereka.
Al Jazeera melaporkan bahwa Gedung Putih sekarang memperingatkan Netanyahu untuk mengubah strategi agresinya di Jalur Gaza agar tidak kehilangan dukungan dari sekutu.
Baca Juga:
Benjamin Netanyahu Idap 4 Penyakit, dari Hernia hingga Masalah Jantung
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dikabarkan kesulitan menghadapi Israel yang terlihat semakin "di luar kendali" terkait strategi militer mereka di Gaza. Biden bahkan menyebut bahwa percakapannya dengan Netanyahu tidak berjalan mulus ketika membahas situasi di Gaza.
Dalam pertemuan dengan donor kampanye Partai Demokrat untuk pemilu 2024 di Washington, Biden memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan terus kehilangan dukungan internasional gegara agresi brutalnya ke Jalur Gaza Palestina yang kian membabi buta.
Biden mengatakan lewat telepon ia mewanti-wanti Netanyahu harus segera mengubah pemerintahannya yang berhaluan garis keras terutama dalam menangani konfliknya dengan Palestina jika tak ingin terus kehilangan dukungan.
"Keamanan Israel bisa bergantung pada Amerika Serikat, namun saat ini Israel memiliki lebih dari Amerika Serikat. Israel memiliki (dukungan) Uni Eropa, memiliki Eropa, dan memiliki (dukungan) sebagian besar dunia," kata Biden pada Selasa (12/12) di Washington.
"Namun mereka (Israel) mulai kehilangan dukungan tersebut karena pemboman tanpa pandang bulu yang terjadi," papar Biden menambahkan seperti dikutip Al Jazeera.
Bukan hanya Amerika Serikat, tetapi Inggris dan Prancis juga terus menekankan kepada Israel agar tidak mengincar penduduk dan fasilitas sipil di Gaza selama agresinya.
Tidak hanya tekanan dari luar negeri, tetapi di dalam negeri, posisi Netanyahu semakin terpojok. Setelah dianggap gagal dalam melindungi keamanan nasional akibat serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, sebagian warga Israel juga menilai bahwa Netanyahu tidak berhasil melindungi mereka yang masih menjadi sandera milisi Palestina.
Pada awal konflik, sekitar 240 orang dari Israel, termasuk warga asing, disandera oleh Hamas.
Hingga saat ini, lebih dari 120 sandera telah dibebaskan oleh Hamas, sementara tiga sandera warga Israel tewas tertembak oleh tentara Israel sendiri selama pertempuran berlangsung.
Kematian tiga sandera ini menimbulkan kemarahan di kalangan warga Israel, terutama di kalangan keluarga sandera, terhadap Netanyahu. Saat ini, masih ada 100 tawanan Hamas yang terus disandera di Gaza.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]