Namun, para pemimpin Druze justru merilis video pernyataan yang menolak narasi tersebut. Dalam video itu mereka menegaskan bahwa mereka setia kepada negara Suriah yang bersatu, dan menolak seruan untuk perpecahan atau pemisahan diri.
Sementara itu, situasi sosial juga turut memanas setelah beredarnya sebuah rekaman audio yang diduga menghina Nabi Muhammad SAW, yang dikaitkan dengan anggota komunitas Druze.
Baca Juga:
Dulu AS Buru Ahmed al-Sharaa Kepalanya Dihargai Rp165 Miliar, Kini Berjabat Tangan dengan Trump
Meski rekaman itu diduga rekayasa, dampaknya nyata.
Terjadi bentrokan berdarah antara milisi Sunni dan Druze di wilayah Ashrafieh Sahnaya dan Jaramana, pinggiran Damaskus. Pemerintah Suriah kini tengah melakukan operasi untuk memulihkan ketertiban dan keamanan.
Melihat perkembangan ini, Turki tampaknya mengambil langkah lebih tegas. Ankara dilaporkan mempertimbangkan untuk mengirim pasukan dan sistem pertahanan udara ke titik-titik strategis seperti pangkalan udara T4 dan Hama, yang sebelumnya menjadi sasaran serangan Israel.
Baca Juga:
Trump Dorong Damaskus Rujuk dengan Israel
Bagi Israel, kehadiran militer Turki ini merupakan ancaman langsung terhadap rencana jangka panjang mereka.
“Meningkatnya pengaruh militer Turki berpotensi menggagalkan strategi Israel untuk menguasai wilayah Suriah pasca-rezim Assad,” ungkap sebuah sumber.
Dengan dinamika yang terus berkembang, bentrokan terbuka antara dua kekuatan besar regional kini bukan lagi sekadar kemungkinan, melainkan bayangan nyata yang terus membayangi langit Timur Tengah.