WahanaNews.co, Jakarta – Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan akan tetap mengupayakan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, Palestina.
Hal ini disampaikan Guterres saat berbicara di Forum Doha. Dia menyampaikankorban sipil yang terus berjatuhan selama perang terjadi.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
"Saya tidak akan menyerah dalam upaya mewujudkan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza," kata Guterres melansir Al-Jazeera, Minggu (10/12/2023) seperti dkutip dari CNN Indonesia.
Menurutnya, situasi ini telah menjadi bencana kemanusiaan yang cukup besar bagi rakyat Palestina. Perdamaian dan keamanan yang semakin memburuk di wilayah itu.
"Kami belum pernah melihat begitu banyak korban sipil dalam waktu sesingkat ini selama saya menjalankan mandat di PBB," katanya.
Baca Juga:
Sekelompok Duta Besar PBB Sampaikan Kekhawatiran Atas Tindakan Israel Terhadap UNRWA
Gutteres menilai upaya yang serius untuk membawa lembaga global dalam mengatasi konflik tersebut harus dilakukan. Apalagi, ia mengakui Dewan Keamanan (DK) PBB sulit mengeluarkan resolusi yang mendesak gencatan senjata di Gaza.
Pasalnya, resolusi PBB terkait gencatan kemanusiaan di Gaza telah di veto oleh Amerika Serikat. Veto itu diberikan saat pemungutan suara DK PBB atas konflik di Gaza yang berlangsung pada Jumat (8/12/2023) waktu setempat.
Perwakilan AS di PBB Robert Wood menyebut resolusi itu berbeda dengan kenyataannya dan tidak akan memberikan dampak positif di lapangan.
Dalam pemungutan suara, 13 anggota DK PBB mendukung rancangan resolusi singkat yang diajukan Uni Emirat Arab, Amerika memveto dan Inggris abstain dalam pemungutan suara itu.
Resolusi bisa diadopsi jika mengantongi persetujuan sembilan anggota dengan tidak ada negara anggota tetap yang memakai hak vetonya.
Selama agresi Israel, DK PBB menjadi sorotan lantaran berulang kali gagal mengeluarkan resolusi atau bahkan pernyataan kemanusiaan tentang situasi di Jalur Gaza yang kian mengkhawatirkan.
[Redaktur: Alpredo Gultom]