Asupan karbohidrat dalam diet keto biasanya dibatasi kurang dari 50 gram per hari, yang dapat menyebabkan syok pada tubuh wanita. Ketika kabo habis, tubuh beralih ke keton dan lemak untuk bahan bakar pada awal pola makan ini, otak dan metabolisme wanita mulai menolak kehilangan lemak.
Ini menghasilkan ketidakseimbangan yang menyebabkan perubahan hormonal dan metabolisme. Selain itu, diet jenis keto biasanya bekerja hanya untuk jangka pendek dan dapat memiliki efek samping seperti sakit kepala, pusing, kelelahan, mual, dan sembelit.
Baca Juga:
Bisakah Asam Urat Sembuh dengan Cara Alami?
Selanjutnya, sebagian besar penurunan berat badan awal adalah berat air. Begitu memasuki ketosis, tubuh mulai kehilangan otot, menjadi sangat lelah, dan akhirnya memasuki mode kelaparan yang sebenarnya membuat penurunan berat badan semakin sulit.
Diet keto lebih banyak negatifnya daripada positifnya bagi sebagian besar wanita terutama jika mereka memiliki kondisi medis seperti PCOS, menstruasi tidak teratur, atau infertilitas.
2. Intermittent fasting
Baca Juga:
Makanan yang Mencegah Risiko Serangan Jantung: Ahli Gizi Beri Penjelasan
Puasa adalah praktik berpantang makan atau menghindari makanan tertentu untuk jangka waktu tertentu. Dalam beberapa tahun terakhir, intermitten fasting atau puasa intermitten menjadi semakin populer di kalangan orang yang ingin menurunkan berat badan.
Menurut penelitian, ditemukan bahwa meskipun intermittent fasting menguntungkan pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas, wanita yang mencobanya, memiliki efek negatif seperti kelaparan yang ekstrem, energi rendah/kelelahan, pikiran obsesif tentang makanan, makan berlebihan pada hari-hari tanpa kalori terbatas, depresi, dan amarah.
Kebanyakan wanita menunjukkan perilaku seperti itu dalam beberapa minggu pertama puasa intermiten. Membatasi asupan kalori dengan cara ini juga dapat mengganggu siklus menstruasi.