Ilustrasi marah/copyright shutterstock/dean drobot
Keterampilan manajemen stres yang kurang dapat menjadi pemicu utama kemarahan. Individu yang belum mengembangkan cara-cara efektif untuk mengatasi stres mungkin merasa tertekan dan kesulitan mengendalikan emosinya. Sebagai hasilnya, mereka cenderung cepat marah dalam situasi yang seharusnya dapat diatasi dengan lebih tenang.
Baca Juga:
Termasuk Kekerasan Emosional, Hindari Marah Berlebihan pada Pasangan
Melatih keterampilan manajemen stres melibatkan pemahaman akan sumber stres dan pengembangan strategi untuk mengatasinya. Terapi relaksasi, olahraga, dan teknik meditasi adalah contoh-contoh cara yang dapat membantu individu mengelola stres dengan lebih efektif, sehingga mengurangi kemungkinan munculnya reaksi marah yang tidak terkendali.
marah adalah ketidakmampuannya atau ketidakmauannya untuk belajar mengendalikan emosi dan diri sendiri. Mereka mungkin merasa bahwa reaksi marah adalah satu-satunya cara untuk mengekspresikan ketidakpuasan atau frustrasi mereka, tanpa menyadari bahwa ada pilihan lain yang lebih konstruktif.
Proses belajar mengendalikan emosi dan diri sendiri melibatkan kesadaran akan reaksi emosional dan upaya untuk mengeksplorasi alternatif cara merespons situasi. Terapi kognitif-behavioral atau pelatihan manajemen emosi dapat membantu individu untuk mengidentifikasi pola-pola pikiran dan perilaku yang dapat memicu kemarahan, serta menggantinya dengan tanggapan yang lebih sehat.
Baca Juga:
Menangis Bukan Cuma Tanda Kelemahan, 9 Manfaat Kesehatan yang Terkandung
3. Kurangnya Kemampuan Mengomunikasikan Perasaan yang Sehat
Masalah yang belum terselesaikan/Copyright unsplash.com/Afif Kusuma
Kemampuan berkomunikasi dengan baik adalah kunci untuk membangun hubungan yang sehat dan meminimalkan konflik. Orang yang sulit mengomunikasikan perasaan mereka dengan cara yang sehat cenderung lebih mudah marah, karena mereka merasa tidak dipahami atau diabaikan.