WahanaNews.co | Risiko alergi pada anak-anak di Indonesia saat ini menjadi tantangan serius bagi orangtua, salah satunya alergi susu sapi.
Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi alergi dapat berpotensi mengancam tumbuh kembang optimal anak.
Baca Juga:
Resmi Dilantik, IDI Cabang Sikka Periode 2024-2027 Dipimpin Dokter Tedi, Berikut Susunan Kepengurusannya.!!
Di negara berkembang, angka kejadian alergi makanan yang disebabkan tidak cocok susu sapi masih menjadi alergen makanan yang sering dialami anak-anak di usia dini.
Di mana, 3 dari 10 anak Indonesia tidak cocok susu sapi dan 2 dari 3 anak yang tidak cocok susu sapi disebabkan karena alergi.
"Protein susu sapi merupakan makanan penyebab alergi terbesar kedua setelah telur pada anak-anak di Asia. Kasein dan whey adalah protein dalam susu sapi yang menyebabkan reaksi alergi. Reaksi-reaksi ini dapat diperantarai Imunoglobulin E (IgE) atau non-IgE," kata Dokter Anak Konsultan Alergi Imunologi, Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M. Kes, dalam webinar bersama Danone, baru-baru ini.
Baca Juga:
Pjs. Bupati Labuhanbatu Utara Hadiri Peringatan HUT IDI ke-74
Reaksi alergi yang diperantarai IgE cenderung memiliki manifestasi klinis yang lebih berat, memakan waktu lebih lama untuk sembuh tetapi lebih mudah untuk mendiagnosisnya.
Biasanya, anak-anak yang alergi terhadap susu sapi dapat mengalami berbagai keluhan.
"Manifestasi terbanyak di kulit berupa dermatitis atopik atau eksim sebesar 35 persen," imbuh Prof Budi.
Gejala lain di kulit berupa Urtikaria sebesar 18 persen.
Sementara, keluhan di saluran pernapasan berupa asma (21 persen) dan Rinitis Alergi (20 persen).
Pada gejala di saluran Cerna berupa diare (53 persen) dan kolik (27 persen). Beberapa kasus yang jarang terjadi bisa menimbulkan anafilaksis sebesar 11 persen.
Kondisi ini harus segera diatasi karena anak berisiko tidak mendapatkan nutrisi penting dari pembatasan konsumsi susu sapi.
Sehingga, berisiko mengalami kekurangan asupan nutrisi yang bisa memengaruhi tumbuh kembangnya.
Selain itu, dalam aspek perkembangan anak, gangguan alergi juga bisa berdampak pada fisik, sosial, dan kognitifnya, seperti gangguan daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi berkurang, hiperaktif dan lemas, yang bisa menyebabkan anak menjadi cenderung kurang percaya diri saat bersosialisasi.
Maka dari itu, kondisi alergi pada anak harus menjadi perhatian serius, karena dalam jangka panjang bisa menghambat terwujudnya Generasi Emas Indonesia 2045.
Salah satu upaya pertama untuk mengatasi kondisi ini yakni memberikan nutrisi ASI.
"ASI adalah nutrisi terbaik karena mengandung protein dengan jumlah sangat sedikit sehingga dapat menginduksi toleransi, terjadi remisi, sehingga anak tidak alergi lagi terhadap protein susu sapi. Pilihan pertama mencegah alergi sapi adalah ASI," tambahnya.
Di masa menyusui ini, ibu tak dianjurkan mengonsumsi makanan dan minuman mengandung protein sapi dan turunannya serta produk olahannya.
Hal ini tentu cukup menjadi tantangan berat bagi para ibu sehingga anak pun berisiko kekurangan gizi di masa emasnya.
Untuk mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang, Prof Budi memberikan alternatif susu formula yang mengandung hidrolisan ekstensif. Kedua, menggunakan susu formula asam amino, serta sebagai alternatif bisa formula soya.
"Orangtua tidak perlu kuatir dalam memberikan formula soya kepada anaknya yang tidak cocok susu sapi. Kualitas protein pada formula soya setara dengan protein pada formula berbahan dasar susu sapi,” katanya.
Pertumbuhan yang setara dengan bayi yang mengonsumsi formula berbasis susu sapi.
Sayangnya, beberapa mitos terkait susu soya ini kerap beredar di masyarakat. Yang paling ekstrem, banyak yang menganggap susu soya memicu anak laki-laki menjadi lebih feminin.
Apa kata Prof Budi?
"Mitos mengenai anak laki-laki jadi feminin karena mengonsumsi soya juga sudah diteliti dan hal tersebut tidak terbukti. Orangtua tidak perlu kuatir lagi mengenai keamanan formula soya karena berdasarkan hasil penelitian, kekuatiran tersebut tidak terbukti," imbuhnya.
"Reaksi alergi susu soya pada anak yang alergi susu sapi juga sangat kecil, sekitar 2.5 persen. Jangan lupa berkonsultasi dengan dokter apabila curiga anak alergi susu sapi," tutupnya.
[Redaktur: Zahara Sitio]