Adapun sejumlah gejala dari varian ini antara lain kasus konjungtivitis (mata merah) terutama pada anak-anak, demam atau menggigil, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas dan kelelahan.
Nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah dan diare.
Baca Juga:
Korupsi APD Kemenkes, KPK Ungkap Satu Tersangka Beli Pabrik Air Minum Kemasan Rp60 Miliar
Syahril juga menyebutkan, sepuluh provinsi dengan kasus konfirmasi tinggi pada Kamis (21/4) adalah DKI (lokal 491, Pelaku Perjalanan Luar Negeri atau PPLN 19), Jawa Barat (lokal 200, PPLN 0), Jawa Timur (lokal 147, PPLN 0) dan Jawa Tengah (lokal 99, PPLN 1).
Banten (lokal 86, PPLN 0), DIY (lokal 41, PPLN 0), Bali (lokal 10, PPLN 0), Sulawesi Selatan (lokal 10, PPLN 0), Lampung (lokal 6, PPLN 0) dan Sumatera Selatan (lokal 5, PPLN 0).
Sub varian ini memang banyak ditemukan di India.
Baca Juga:
Kemenkes: Dampak Pestisida Sistemik pada Anggur Muscat Bisa Bertahan Meski Dicuci
"Jika ditilik dari sejarah naik dan turunnya kasus Covid-19, Indonesia selalu mengikuti pola yang terjadi di India yang saat ini mengalami lonjakan kasus yang tajam,” ungkap Syahril.
Begitupun dengan India yang mengalami lonjakan kasus hingga 20 persen dalam sehari pada Kamis (21/4) dengan kasus per hari itu mencapai lebih dari 12.500. Sejarah juga menunjukkan di Indonesia kasus Covid-19 melonjak bukan karena perjalanan dan hari libur tapi karena adanya varian baru.
"Untuk itu masyarakat jangan lengah. Ayo kita pakai masker lagi dan hidup sehat,” kata Syahril. [Tio/Ant]