WahanaNews.co | Kepala Bidang Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengimbau kelompok sensitif memperbanyak istirahat di rumah demi meminimalisir risiko polusi udara bagi kesehatan.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan dari kualitas udara Jakarta yang buruk akhir-akhir ini.
Baca Juga:
Biaya Pengobatan Penyakit Pernapasan Akibat Polusi Udara Mencapai Triliunan Rupiah untuk BPJS
"Bagi kelompok sensitif, dapat melakukan aktivitas di luar, tetapi mengambil rehat lebih sering dan melakukan aktivitas ringan," ujar Dwi dalam keterangannya, Jumat (16/6/2023).
Kemudian, Dwi juga menyarankan masyarakat mengamati gejala berupa batuk atau nafas sesak pada dirinya. Lalu menderita asma harus mengikuti petunjuk kesehatan untuk asma dan menyimpan obat asma.
“Setiap orang agar mengurangi aktivitas fisik yang terlalu lama di luar ruangan,” kata Dwi
Baca Juga:
Tekan Polusi Udara, PLN UID Jakarta Raya dan Sudin Lingkungan Hidup Jakpus Gelar Uji Emisi Kendaraan Operasional
Di sisi lain, masyarakat diminta untuk selalu melakukan pengecekan kualitas udara di daerah masing-masing melalui platform yang telah disiapkan DLH seperti JakISPU dalam aplikasi JAKI dan website DLH, kualitas udara akan terlihat dari warna dan angka indeks, dan juga menggunakan masker bila berada di lokasi dengan tingkat cemaran udara tinggi.
Pemerintah mewaspadai kualitas udara di Jakarta saat musim kemarau. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto menyebut, kualitas udara di Ibu Kota akan makin memburuk sampai bulan Agustus nanti.
"Saat memasuki musim kemarau pada bulan Mei hingga Agustus, akan terjadi penurunan kualitas udara di wilayah DKI Jakarta yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi PM2.5. Hal tersebut terjadi karena curah hujan dan kecepatan angin rendah mengakibatkan PM2.5 akan terakumulasi dan melayang di udara dalam waktu yang lama," kata Asep.
Hasil pantauan konsentrasi PM2.5 di stasiun pemantauan kualitas udara (SPKU) milik Dinas LH DKI Jakarta menunjukkan pola diurnal yang mengindikasikan perbedaan pola antara siang dan malam hari.
Konsentrasi PM2.5 cenderung mengalami peningkatan pada waktu dini hari hingga pagi dan menurun di siang hingga sore hari.
"Pada periode akhir Mei-awal Juni konsentrasi rata-rata harian PM2.5 berada pada level 47,33- 49,34 µg/m3. Selama periode tanggal 21 Mei hingga 7 Juni 2023, konsentrasi PM2.5 di wilayah DKI Jakarta mengalami penurunan kualitas udara dan berada dalam kategori sedang hingga kategori tidak sehat," tutup Asep.
[Redaktur: Zahara Sitio]