WahanaNews.co | Miopi atau yang biasa dikenal mata minus juga dapat terjadi karena faktor genetika dan lingkungan, termasuk perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi dari masa ke masa membuat si kecil semakin sering menggunakan gawai dalam waktu lama. Data menyebutkan, adanya peningkatan prevalensi miopia di Asia yang terjadi dalam kurun 20 tahun.
Baca Juga:
5 Jenis Warna yang Bisa 'Mengistirahatkan' Mata Lelah
Menurut data The myopia boom, tingkat prevalensi miopi di Indonesia juga dipastikan sangat tinggi. Data survei pada 30 tahun lalu, menunjukkan sebanyak 20 persen siswa sekolah dasar usia 12 tahun di Kota Yogyakarta terkena miopia. Data ini tentu saja dipastikan terus meningkat, seiring dengan semakin masifnya penggunaan gawai, komputer dan sejenisnya
Dokter spesialis mata Zoraya A. Feranthy mengatakan bahwa peristiwa ini adalah kondisi yang memprihatinkan.
"Makin kesini kita lihat trennya adalah selain mata minus yang semakin banyak, juga lebih dini dan lebih tinggi. Ini adalah kondisi yang memprihatinkan," ujar Zoraya dalam konferensi pers di kawasan Pakubuwono, Jakarta Selatan, Rabu (23/11).
Baca Juga:
Tak Hanya untuk Kesehatan Jantung, Berikut 10 Manfaat Omega 3
Menurut Zoraya, salah satu faktor dari tingginya minus pada anak usia sekolah dasar adalah pergeseran kebiasaan ke arah gawai dan penglihatan jarak dekat.
"Kalau dulu anak belum menggunakan gawai masih melihat layar TV dengan jarak semer dua meter. Sekarang, banyak orang tua yang menyuapi anaknya sambil nonton iPad atau gawai tertentu supaya anteng," katanya.
Hal tersebut menurutnya adalah salah satu faktor yang sudah bergeser atau kebiasaan yang bergeser dari zaman dulu ke zaman sekarang.