WahanaNews.co | Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis lima tanda anak jadi korban kekerasan. Hal ini perlu diketahui orangtua.
Bagaimana ya cara mengenalinya?
Baca Juga:
Mensos Minta Pelaku Kekerasan Seksual di Sekolah Harus Dihukum Berat
Menurut Ketua Satgas Perlindungan IDAI, Dr. Eva Devita Harmoniati, umumnya anak korban kekerasan seksual takut untuk melapor karena merasa malu, area pribadinya disentuh orang lain, yang akhirnya takut disalahkan.
"Takut disalahkan, akhirnya tidak bercerita, kalau tidak bercerita, akhirnya ia terus alami kekerasan seksual berulang, bisa juga karena ada ancaman dari pelaku, kalau laporkan bakal dikasih ancaman," ujar Dr. Eva saat konferensi pers virtual, beberapa waktu lalu.
Akibat enggan melaporkan ini, akhirnya orangtua perlu tahu tanda bahaya atau red flag dan harus dicurigai jika anak balita jadi korban kekerasan seksual, seperti sebagai berikut:
Baca Juga:
Petinggi Partai di Kota Bekasi Diduga Lakukan Kekerasan Seksual, Begini Kronologinya
1. Kenali Perilaku Anak Berubah
Umumnya orangtua tahu ada yang berubah pada sikap anak yang tidak biasa, seperti mengurung diri, menutup diri, dan tidak mau berbicara sedikitpun.
"Anak-anak alami kekerasan seksual, pasti ada mengalami perubahan perilaku, anaknya mengurung diri, tidak mau ngobrol dengan terbuka, makan banyak jadi sedikit," papr Dr. Eva.
2. Alami Sakit Tidak Biasa
Setelah perilakunya berubah, karena tidak mau makan dan stres, hasilnya anak tersebut malah sakit-sakitan. Bahkan ia tidak mau keluar rumah bersosialisasi dengan teman-temannya, termasuk tidak ingin pergi ke sekolah.
3. Sakit Ketika BAK dan BAB
Meski balita belum bisa cerita apa yang sudah dialaminya, dan tidak mengerti jika itu adalah kekerasan seksual.
Maka orangtua wajib curiga jika tetiba anak merasa sakit saat buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB).
"Ketika dicebokin keluh sakit, pelan-pelan ditanya, coba dilihat, karena balita itu nggak bisa menceritakan dengan runtut," jelas Dr. Eva.
4. Ajak Bicara Anak Perlahan
Jika anak sudah menunjukan gejala mengkhawatirkan di atas, coba tanya perlahan dengan hati-hati dia belakangan main dengan siapa, tanya kenapa sakit pernah ada yang memegang tanpa izin atau alat genitalnya mendapat perlakuan tidak seharusnya.
5. Ajak Periksa ke Dokter
Saat dugaan sudah semakin kuat, tapi anak masih enggan bercerita atau sedikitpun membuka mulut, maka menurut Dr. Eva tidak ada salahnya langsung membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan medis dan diagnosis pasti.
"Ketika curiga tapi nggak mau cerita, segera bawa ke dokter, maka dokter akan membantu elaborasi, analisis lebih jauh dan biasanya bekerja sama dengan psikolog," Dr. Eva. [Tio/Suara.com]