WahanaNews.co | Sebuah penemuan baru mengungkapkan bahwa mengupil berpotensi meningkatkan risiko terkena Alzheimer karena dianggap dapat merusak jaringan internal yang terhubung dengan otak.
Melansir dari situs Science Alert, Sabtu (9/12/2023), para ilmuwan dari Griffith University di Australia mengatakan bahwa spesies bakteri akan memiliki jalur yang lebih jelas menuju otak ketika manusia mengupil.
Baca Juga:
Penemuan Baru: Kemungkinan Kehidupan Alien di Kutub Utara Merkurius
Penelitian ini sebenarnya diujicobakan terlebih dahulu pada tikus dan bukan pada manusia. Tetapi setelah hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya hubungan tersebut, sehingga penelitian lebih lanjut pada manusia akan menjadi penyelidikan yang lebih lanjut.
Melansir dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, Sabtu (9/12/2023), Alzheimer adalah gangguan neurodegeneratif progresif yang paling umum menyebabkan demensia.
Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada sel-sel otak yang menyebabkan penurunan kemampuan kognitif, seperti ingatan, berpikir, dan berperilaku.
Baca Juga:
Ilmuwan: Februari 2024 Tercatat Sebagai Bulan Terpanas
Para peneliti melakukan tes terhadap bakteri yang disebut Chlamydia pneumoniae, yang dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan pneumonia.
Bakteri itu juga yang ditemukan di sebagian besar para pengidap demensia lanjut.
Melalui penelitiannya, bakteri tersebut dapat menyebar saraf penciuman yang juga menjadi penghubung antara hidung dan otak.
Bakteri akan dapat lebih mudah tersebar apabila adanya kerusakan pada epitel hidung (jaringan tipis di sepanjang langit-langit rongga hidung).
“Kami adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa Chlamydia pneumoniae dapat menyebar langsung ke hidung dan otak, di mana penyakit ini dapat memicu patologi yang terlihat seperti penyakit Alzheimer,” ujar ahli saraf James St John dari Griffith University yang perkataanya dikutip dari laman tersebut.
Oleh karena itu para meneliti menghubungkan adanya hubungan antara mengupil dan potensi meningkatnya penyakit Alzheimer. Karena kebiasaan mengupil akan berpotensi untuk merusak epitel hidung.
Ketika epitel hidung rusak dan menyebabkan infeksi, otak tikus akan menyimpan lebih banyak protein amiloid-beta yang dilepaskan sebagai bentuk respons terhadap infeksi.
Protein yang menggumpal ini juga yang ditemukan pada penderita penyakit Alzheimer.
“Kita perlu melakukan penelitian ini pada manusia dan memastikan apakah jalur yang sama beroperasi dengan cara yang sama,” ungkap St John.
Meski penelitian ini belum terbukti secara valid dapat terjadi pada manusia, tetapi hasil dari penelitian ini layak untuk mendapatkan penyelidikan lebih lanjut.
Jika benar bahwa mengupil dapat meningkatkan potensi Alzheimer pada manusia, maka ini akan menjadi penelitian yang menghebohkan dunia kesehatan.
Mengupil sendiri merupakan kegiatan yang lazim dilakukan oleh mayoritas manusia.
Tetapi para peneliti berpendapat bahwa mengupil dan mencabut bulu hidung merupakan kegiatan yang kurang baik karena adanya potensi merusak jaringan pelindung hidung yang dapat menimbulkan penyakit lainnya.
[Redaktur: Zahara Sitio]