WahanaNews.co | Istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, dianggap berpotensi alami kecemasan atau pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD).
Hal tersebut diungkap oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Baca Juga:
Lebih dari 2.800 Tentara Israel Terima Perawatan Rehabilitasi Pasca-Konflik Gaza
PTSD merupakan gangguan kejiwaan yang muncul akibat trauma akan sebuah peristiwa.
Apakah PTSD bisa disembuhkan?
Jika bisa, butuh berapa lama untuk memulihkannya?
Baca Juga:
Ferdy Sambo Dieksekusi ke Lapas Salemba, Putri Candrawathi di Pondok Bambu
PTSD sendiri, jika merujuk pada buku berjudul DSMa 5, kata Psikolog & Grafolog, Joice Manurung, PTSD terjadi karena paparan sifat langsung atau tidak langsung dari sebuah peristiwa yang bersifat traumatis.
Dan gangguan kecemasan ini bisa berdampak pada kualitas kehidupan.
Ketika seseorang mengalami gangguan mental, yang sifatnya intens terjadi tekanan cukup siginfikan dalam diri kita.
"Pasti menganggu dalam kehidupan. Dia sudah tidak bisa lagi melakukan hal-hal yang biasa.Bukan karena dia tidak bisa melakukan. Tapi karena dia tidak ada energinya dan perubahan suasana hati," ungkapnya dilansir dari Tribunnews, Selasa (16/8/2022).
Kemudian dampak yang lebih jauh adalah dapat menganggu komunikasi dan interaksi dengan orang sekitarnya
Tidak bisa mengutarakan pendapatnya.
Ditambah ada gangguan mental lain yang menyertai.
Seperti depresi kronik, atau delusional.
"Nanti muncul pikiran tidak wajar. Bahkan PTSD tidak disikapi penanganan medik dan terapi yang benar bisa berujung pada upaya mengakhiri hidup. Efeknya bisa fatal kalau tidak dibantu untuk diselesaikan," tegas Joice.
Lantas bagaimana prosedur penyembuhannyan dan butuh berapa lama?
Menurut Joice setiap orang itu bersifat kompleks unik.
Sehingga tidak pernah ada gejala atau pun efek PTSD yang sama untuk setiap orang.
"Kalau pun ada, itu hanya mirip-mirip, tapi akan berbeda detailnya. Bentuk perilaku, ekspresi, adaptasi situasi, itu akan berbeda. Sehingga pemulihannya pun akan berbeda-beda," papar Joice lagi.
Proses penyembuhan tergantung pada karakter bawaan orang tersebut dan peristiwa traumatik yang telah terjadi.
"Contoh ada orang terkasih meninggal karena kecelakaan. Bagi setiap orang beda-beda penghayatannya. Sedalam apa sih, setakut apa, sesedih apa berbeda-beda, kedalaman PTSD nya juga berbeda-beda. Itu mengapa, proses atau cara, metode pemulihan akan berbeda-beda setiap orang," kata Joice menambahkan.
Sehingga tidak pernah ada satu metode bisa dipakai untuk semua orang yang mengalami PTSD.
Namun, kata Joice, ada dua treatment besar yang harus dijalani secara paralel.
Pertama ada treatment medik, sebelum memberikan penanganan ini, perlu melalui pengukuran diagnostik secara psikiater.
Kemudian dilihat, pasien membutuhkan treatment medik sebesar apa.
Lalu yang kedua, treatment secara psikologis.
Bentuk metode pun bermacam-macam.
Ada yang menggunakan art terapi, hipnoterapi, berhavior terapi, atau sejumlah pendekatan healing dari beberapa bentuk.
"Nah nanti setelah ini selesai, jika sudah berkurang gejalanya. Kemudian perilaku pasien sudah tidak menjauh, bisa dilakukan proses rehabilitasi," jelas Joice.
Pasien didekatkan dengan peristiwa traumatik yang serupa dialami sebelum.
Karena telah melakukan terapi dan upaya medis maka diharapkan PTSD yang dialami dapat berkurang.
Sehingga bisa menghadapi kejadian serupa tanpa ada rasa takut.
"Harus dilakukan pola seperti itu. Jangka waktunya, berbeda-beda setiap orang," pungkasnya. [rsy]