Selain orang dewasa, anak-anak dan remaja pun dapat mengalami gangguan psikologis yang menyebabkan dampak buruk pada kehidupannya, salah satunya adalah perilaku self injury.
Self injury biasanya dilakukan untuk melampiaskan emosi yang sedang dialami oleh para remaja, misalnya marah, cemas, stres, depresi, putus asa, atau rasa bersalah yang tidak dapat diatasi dengan baik.
Baca Juga:
Eks Menlu RI Retno Marsudi Diangkat jadi Dewan Direksi Perusahaan Energi Singapura
Tidak hanya untuk melampiaskan emosi, terkadang self injury yang dilakukan oleh para remaja dilakukan untuk mencari perhatian atau mengalihkan masalah yang sedang mereka hadapi.
Bahkan, perilaku ini dapat ditularkan dari anak-anak yang memiliki lingkungan rentan dengan perilaku self injury.
Terutama dikalangan remaja hal ini sering terjadi yang diakibatkan banyaknya tekanan dari orang sekitar dan juga masalah sosial. Remaja yang mengalami kesulitan hidup dan masalah sosial dapat mengalami stres yang berisiko alami self injury.
Baca Juga:
Buka Kejuaraan Nasional Renang Antar Klub Se-Indonesia, Wamenpora Harap Dapat Lahirkan Atlet Berprestasi
Selain itu, trauma psikologis yang dialami seorang remaja juga dapat tingkatkan perasaan rendah diri, kesepian, hampa, serta mati rasa yang dapat tingkatkan risiko self injury.
Inilah Ciri Self Injury pada Remaja
Umumnya seseorang yang mengalami Self-injury akan menyembunyikan kondisinya dari orang tua, kerabat, dan teman-temannya. Namun, bagi orang tua dan teman-temannya bisa memperhatikan gejala terkait kebiasaan perilaku remaja yang mengalami self-injury, yaitu: