"Daripada mencoba untuk mengurangi keyakinan
konspirasi, menandakan norma subjektif positif mungkin merupakan cara untuk
menghindari dampak negatif dari kecenderungan konspirasi pada niat
vaksinasi," kata para peneliti.
Meski memberikan wawasan yang bermanfaat tentang cara
menangani keenganan vaksin dari penganut anti-vaksin penelitian ini punya
limitasi.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Targetkan 30.702 Anak Terima Imunisasi Polio pada PIN 2024
"Kami sadar bahwa
temuan kami mungkin tidak berlaku untuk orang-orang yang mengakar kuat dalam
pandangan dunia konspirasi dan pada prinsipnya menolak vaksinasi apa pun," kata
Winter.
"Orang-orang ini bahkan mungkin memiliki lingkungan sosial
yang mendukung keyakinan anti-vaksin. Temuan ini lebih berlaku untuk
orang-orang yang rentan terhadap kepercayaan konspirasi dan ragu-ragu terhadap
vaksinasi, tetapi masih dikelilingi oleh orang-orang dekat yang tidak menganut
kepercayaan konspirasi."
"Faktor pembatas lain yang perlu dipertimbangkan adalah
desain penelitian kami hanya korelasional. Artinya, belum jelas apakah mengubah
komunikasi antara teman dan keluarga benar-benar akan meningkatkan niat
vaksinasi," katanya. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.