“Henti jantung itu disebabkan banyak faktor. Jika kita tidak menjaga tubuh kita, darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi, tentu saja penyakit-penyakit seperti itu pada akhirnya akan membuat jantung makin parah,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa gaya hidup memegang peran besar terhadap kesehatan jantung. “Belum lagi penyakit lain seperti stroke, semua intinya dari pola makan, gaya hidup,” tambahnya.
Baca Juga:
Boleh Diminum Tiap Hari, Tapi Begini Risiko Jika Konsumsi Kefir Berlebihan
Meski demikian, ia mengingatkan agar masyarakat tidak sepenuhnya menyalahkan faktor keturunan.
“Jika kita ada keturunan, namun kita bisa menjaga gula kita bagus, kolesterol kita bagus, tensi kita bagus, Insya Allah kita aman,” tuturnya.
Pernyataan ini menegaskan bahwa pola hidup sehat tetap menjadi kunci utama pencegahan, meskipun seseorang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung.
Baca Juga:
Gejala Awal Sudden Cardiac Death (SCD) yang Diduga Picu Kematian Mendadak Marissa Haque
Dalam kasus henti jantung, waktu menjadi faktor penentu hidup atau mati. Otak manusia hanya mampu bertahan empat hingga enam menit tanpa oksigen.
“Secara fisiologi, otak manusia hanya dapat bertahan kurang lebih empat-enam menit tanpa oksigen. Bayangkan, apakah tenaga medis bisa datang dalam waktu empat menit? Tidak mungkin. Karena itu, kitalah garda terdepan,” tegas dr. Hasjim.
Ia menjelaskan, nol menit menandakan awal kematian klinis. Dalam empat hingga enam menit, otak mulai mengalami kerusakan, dan setelah sepuluh menit, kerusakan otak biasanya sudah permanen.