Menurut dr. Sari, kompresi dada minimal harus dilakukan selama dua menit. Jika penolong lelah, bisa bergantian dengan orang lain atau segera menggunakan alat AED (automated external defibrillator) sesuai petunjuk.
“Lakukan BHD sampai pasien memberi respon, misalnya batuk, bergerak, atau mulai bernapas. Jika belum ada respon, terus lakukan sampai tim medis datang,” jelasnya.
Baca Juga:
Boleh Diminum Tiap Hari, Tapi Begini Risiko Jika Konsumsi Kefir Berlebihan
Jika korban menunjukkan tanda kehidupan, BHD bisa dihentikan. Namun bila tidak ada tanda sirkulasi selama 30 menit, penolong bisa menghentikan tindakan.
Meski BHD idealnya dilakukan oleh tenaga terlatih, setiap orang diharapkan mampu melakukan pertolongan dasar karena setiap detik sangat menentukan.
“Dengan melakukan BHD sampai korban mendapat bantuan medis, fungsi jantung dan paru dapat diperbaiki, dan suplai darah ke otak tetap terpelihara,” ujar dr. Sari menutup penjelasannya.
Baca Juga:
Gejala Awal Sudden Cardiac Death (SCD) yang Diduga Picu Kematian Mendadak Marissa Haque
Keduanya menekankan bahwa menjaga jantung bukan hanya bagi mereka yang sakit, tetapi juga bagi orang sehat.
Pemeriksaan rutin, deteksi dini, serta gaya hidup seimbang dengan cukup istirahat, pengelolaan stres, dan aktivitas fisik teratur adalah kunci utama mencegah kematian mendadak akibat henti jantung.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]