WahanaNews.co | Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Sri Rezeki Hadinegoro memaparkan efikasi vaksin AstraZeneca dalam melawan virus Corona penyebab Covid-19. Dia menyebutkan dari uji klinis fase 2 dan 3 di tiga negara, hasilnya sangat baik.
Berdasarkan uji klinis fase 2 dan 3 di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan bisa disimpulkan bahwa vaksin AstraZeneca 100 persen dapat melindungi dari penyakit berat, perawatan dan kematian. Terutama setelah 22 hari, usai dosis pertama diberikan.
Baca Juga:
Pemkab Kepulauan Seribu Targetkan 4.295 Anak Terima Vaksin Polio PIN Tahap Pertama
"Efikasinya juga cukup tinggi sampai lebih dari 80 persen jika intervalnya untuk dosis kedua paling tidak 12 minggu atau 3 bulan. Jadi, tidak usah khawatir kalau AstraZeneca ini masa intervalnya panjang, justru memiliki efikasi yang tinggi," jelas Prof Sri Rezeki dalam workshop daring soal vaksin AstraZeneca, Sabtu (25/9/2021).
Selain itu, dalam uji klinis fase 3 di Amerika Serikat juga menunjukkan hasil yang baik. Pasalnya, dari uji klinis tersebut menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca mampu melawan penyakit berat atau kritis hingga mengurangi risiko perawatan, terutama untuk lansia di atas 65 tahun.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Targetkan 30.702 Anak Terima Imunisasi Polio pada PIN 2024
Vaksin AstraZeneca vs Variant of Concern (VoC)
Prof Sri Rezeki mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca memiliki efikasi yang sangat baik dalam melawan varian Corona, khususnya yang termasuk dalam kelompok variant of concern (VoC). Vaksin ini juga sangat baik dalam melawan varian Delta yang saat ini mendominasi di dunia.
"Kita bisa meyakinkan kepada masyarakat kita bahwa secara real-world untuk vasin ini (AstraZeneca) sangat baik, khususnya untuk varian Delta," katanya.
Berikut hasil studi vaksin AstraZeneca terhadap varian Corona di Inggris dan Kanada:
Inggris
Studi di Inggris menganalisis efektivitas vaksin AstraZeneca terhadap varian Alpha dan Delta, dalam mencegah perawatan di rumah sakit. Berikut hasilnya:
Untuk varian Alpha, vaksin dosis pertama AstraZeneca efikasinya mencapai 76 persen. Sedangkan pada dosis kedua, efikasinya mencapai 86 persen.
Untuk varian Delta, vaksin dosis pertama AstraZeneca efikasinya mencapai 71 persen. Sedangkan pada dosis kedua, efikasinya mencapai 92 persen.
"Jadi untuk Indonesia, kita 81 persen adalah Delta. Maka, Alhamdulillah kita bisa mencegah 71%, apalagi kalau kita sudah menerima vaksin komplit dua dosis itu mencapai 92 persen," tutur Prof Sri Rezeki.
Kanada
Studi di Kanada ini menganalisis efektivitas vaksin AstraZeneca terhadap munculnya gejala yang disebabkan VoC, yaitu Alpha, Beta, Gamma, dan Delta. Ini dilihat lebih dari 14 hari setelah pemberian doss pertama dan kedua. Berikut hasilnya:
- Untuk varian Alpha, vaksin dosis pertama AstraZeneca efikasinya mencapai 64 persen. Sedangkan pada dosis kedua, efikasinya mencapai 75 persen.
- Untuk varian Beta dan Gamma, vaksin dosis pertama AstraZeneca efikasinya mencapai 48 persen. Sedangkan pada dosis kedua, efikasinya mencapai 100 persen.
- Untuk varian Delta, vaksin dosis pertama AstraZeneca efikasinya mencapai 67 persen. Sedangkan pada dosis kedua, efikasinya mencapai 100 persen.
"Secara real-world, baik di Eropa maupun di Asia memperlihatkan bahwa efektivitas AstraZeneca untuk VoC terutama Delta cukup menggembirakan. Jadi, kita tidak perlu khawatir bahwa meski banyak mutasi, tetap kita bisa mengontrol kalau semua rakyat kita mau diimunisasi dengan protokol kesehatan yang ketat," pungkasnya. [rin]