“Guru BK langsung menindaklanjuti dengan memberi bimbingan, mereka teman satu kelas, masalah selesai, pelaku sudah minta maaf, selanjutnya mereka berteman seperti biasa,” kata Sukatno, Senin (13/10/2025), saat ditemui di ruangannya.
Menurut Sukatno, dugaan perundungan yang terjadi kali ini dilakukan oleh pelaku berbeda meski masih berasal dari kelas VII G, sehingga pihak sekolah mengaku kecolongan karena merasa persoalan sebelumnya telah dianggap tuntas dan tidak disangka akan berujung pada kasus fatal yang merenggut nyawa.
Baca Juga:
Malam Keakraban Bersama PPPK Tahap II Formasi 2024, Ini Kata Bupati Dairi
“Beda pelaku dengan yang ini, kami sangat menyesal dan mohon maaf hal itu bisa terjadi, kami percayakan penanganan kasus ini kepada kepolisian,” ujarnya.
Sukatno mengaku syok berat mengetahui siswanya meninggal dalam kondisi tragis dan menyebut insiden tersebut terjadi saat jam istirahat kedua ketika pengawasan longgar dan guru belum kembali ke kelas.
“Saya syok dan prihatin, kenapa hal itu bisa terjadi, itu pas jam istirahat kedua, kami akan terus melakukan evaluasi meski sosialisasi soal bahaya bullying dan sebagainya sudah sering kita upayakan,” ucapnya.
Baca Juga:
Bupati Dairi Serahkan 346 SK PPPK Tahap II Formasi 2024
Dugaan aksi perundungan itu berlangsung di teras depan ruang kelas VII G yang terletak di lantai dua gedung sekolah dan cukup jauh dari ruang guru, membuat potensi pengawasan makin terbatas tanpa kehadiran pendidik di sekitar lokasi.
Menurut Sukatno, kejadian berlangsung sekitar pukul 11.10 saat istirahat kedua dan baru diketahui setelah seorang siswa melapor ke guru, lalu korban segera dibawa ke UKS sebelum akhirnya dirujuk ke Puskesmas, namun pihak medis menyatakan Angga sudah tidak tertolong.
Ia menyebut kelas VII G merupakan kelas unggulan dengan 29 murid yang disebut paling berprestasi di antara seluruh kelas tingkat VII, sehingga pihak sekolah menyatakan sangat terpukul atas kenyataan bahwa kasus kekerasan justru muncul dari lingkungan yang dianggap paling disiplin dan berprestasi.