Langkah pertama yang dilakukan adalah menurunkan jumlah penerima manfaat per SPPG sehingga jumlah penerima dapat berkurang dan membuat kualitas makanan lebih baik.
Kedua, setiap SPPG ada juru masak yang bersertifikat karena dari pengalaman cara kerja yang dimiliki juru masak bersertifikat lebih efisien dan lebih cepat.
Baca Juga:
Wabup Toba Audi Murphy Sitorus Kunjungi Puluhan Pelajar Terkapar di RS Akibat Dugaan Keracunan MBG
Ketiga, seluruh SPPG nanti memiliki alat tes cepat (rapid test) terkait dengan uji untuk bahan baku. Menurut dia, karena pengalaman Jepang yang sudah 100 tahun, sebesar 90 persen kejadian keracunan makanan itu berasal dari bahan baku.
“Kami juga ingin menguji hasil masakan sebelum dibagikan kepada penerima manfaat,” kata dia.
Keempat, pihaknya meminta seluruh SPPG memiliki alat sterilisasi "food tray" atau tempat hidangan MBG yang dapat kering dalam waktu 3 menit dengan suhu 120 derajat agar lebih steril.
Baca Juga:
Sentil Efisiensi Anggaran, Ahmad Yohan Ungkap MBG Sebagai Substitusi dari Pemerintah Pusat
Selanjutnya, untuk persoalan air yang digunakan memasak, sesuai dengan hasil kajian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang merekomendasikan menggunakan air yang sudah bersertifikat atau air kemasan isi ulang yang sudah disertifikasi.
Pihaknya juga akan melakukan pelatihan dan bimbingan teknis berulang kepada seluruh kepala SPPG agar tetap waspada dengan apa yang dilakukan.
“Untuk yang baru ini, untuk bimbingan teknis meningkatkan kualitas, untuk yang lama itu untuk penyegaran,” kata dia.