WahanaNews.co | Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin curiga biaya pengobatan konglomerat telah menguras isi pundi-pundi BPJS Kesehatan. Untuk membuktikan kecurigaan itu, Budi bakal memelototi tagihan listrik 1.000 peserta BPJS Kesehatan dengan tagihan biaya pengobatan terbesar.
Budi berdalih jika seseorang peserta BPJS Kesehatan memiliki rumah dengan listrik dengan daya di atas 6.600 VA, maka ia tergolong ke dalam masyarakat yang mampu alias kaya.
Baca Juga:
BPJS Kesehatan Tak Bisa Cover Semua Penyakit, Ini Solusinya
"Kalau VA-nya di atas 6.600, yang pasti itu adalah orang yang salah. Karena saya juga dengar sering sekali banyak orang-orang yang dibayarin besar itu banyaknya, mohon maaf, orang-orang kadang konglomerat juga," kata Budi dalam Rapat kerja dengan Komisi IX DPR beberapa waktu lalu.
Ia menuturkan peserta BPJS Kesehatan dari golongan orang kaya tidak seharusnya bergantung banyak pada pelaksana Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) itu. Mereka seharusnya mengombinasikan iuran jaminan sosial BPJS Kesehatan dengan asuransi swasta jika ingin berobat.
Lalu biaya pengobatan penyakit apa yang sebenarnya menguras isi kantong BPJS Kesehatan sehingga membuat Budi galau dan karena itu berencana memelototi tagihan listrik 1.000 orang?
Baca Juga:
Benefit JKN Sudah Lengkap, Jika Mau Lebih Bisa Tambahkan Asuransi Swasta
Mengutip data BPJS Kesehatan, keuangan badan pelaksana Program Jaminan kesehatan Nasional (JKN) itu tersedot paling banyak untuk membiayai delapan penyakit utama sejak 2019-2021. Penyakit jantung menjadi yang paling besar menguras isi kantong BPJS Kesehatan.
Data mereka menunjukkan total kantong yang tersedot untuk membiayai pengobatan penyakit jantung mencapai Rp30,32 triliun.
"Ada datanya (penyakit), lengkap semua. Mau penyakit apa saja ada di BPJS Kesehatan. Iya (penyakit jantung menyedot dana BPJS Kesehatan terbesar)," kata Kepala Humas BPJS Kesehatan M. Iqbal Anas Ma'ruf dikutip dari CNNIndonesia.com, Kamis (24/11).
Jika ditotal, BPJS Kesehatan telah mengeluarkan Rp 61,42 triliun untuk membiayai klaim 8 penyakit, mulai dari jantung hingga gagal ginjal. Biaya paling banyak dikeluarkan pada 2019 sebesar Rp 23,51 triliun.
Berdasarkan data sejak 2019 hingga 2021, berikut jumlah kasus dan rincian biaya 8 penyakit yang paling menguras isi kantong BPJS Kesehatan:
1. Jantung
Penyakit jantung menjadi yang paling banyak menguras isi kantong BPJS Kesehatan, yakni sebesar Rp30,32 triliun selama tiga tahun atau 49,36 persen.
Pada 2019, ada 14.310.978 kasus penyakit jantung yang klaim biaya pengobatannya ke BPJS Kesehatan mencapai Rp11,83 triliun. Jumlah kasus sempat menurun ke 12.995.338 pada tahun berikutnya, begitu pula dengan rincian biaya sebesar Rp9,8 triliun.
Sementara itu, klaim BPJS Kesehatan pada 2021 untuk penyakit jantung juga turun meski tidak signifikan. Kasus yang terjadi menyentuh 12.934.931 dengan pembiayaan mencapai Rp8,6 triliun.
2. Kanker
Di urutan kedua ada kanker yang menguras 18,26 persen dana BPJS Kesehatan sebesar Rp11,21 triliun. Mirip dengan jantung, klaim untuk penyakit kanker jumlahnya paling besar pada 2019.
Kasus paling banyak terjadi pada 2019 sejumlah 2.743.858 dengan total pembiayaan mencapai Rp4,12 triliun. Jumlah klaim BPJS Kesehatan untuk penyakit kanker menurun ke 2.553.033 kasus pada tahun berikutnya, diikuti penurunan biaya menjadi Rp3,58 triliun.
Namun, kasus kanker naik tipis ke 2.595.520 pada 2021. Meski mengalami kenaikan kasus, jumlah dana yang dikeluarkan BPJS Kesehatan malah turun sedikit ke Rp3,5 triliun.
Konglomerat Pakai BPJS Kesehatan, Memang Salah?
3. Stroke
Stroke menempati urutan ketiga penyakit paling banyak menguras isi kantongBPJS Kesehatan.Rinciannya adalah 12,63 persen dengan total biaya Rp7,75 triliun. Mirip dengan kanker, kasus penyakit stroke sempat turun pada 2020 sebelum naik kembali di tahun berikutnya.
Pada 2019, BPJS Kesehatan menggelontorkan Rp2,99 triliun untuk membiayai pengobatan 2.354.392 kasus stroke. Biaya tersebut turun ke Rp2,59 triliun untuk 1.030.623 kasus pada tahun berikutnya.
Kenaikan kasus stroke kemudian terjadi pada 2021 mencapai 1.992.014. Meski begitu, biaya yang dikeluarkan BPJS Kesehatan hanya Rp2,16 triliun atau lebih rendah dari dua tahun sebelumnya.
4. Gagal Ginjal
Klaim untuk penyakit gagal ginjal tak kalah banyak. Ada Rp6,72 triliun dana yang harus dikeluarkan selama tiga tahun atau menyedot 10,94 persen isi kantong BPJS Kesehatan.
Kendati, kasus gagal ginjal mengalami penurunan sejak 2019. Mulanya ada 1.933.140 kasus yang menghabiskan biaya Rp2,7 triliun. Kemudian turun ke 1.763.057 kasus gagal ginjal pada 2022 dengan biaya sebesar Rp2,23 triliun pada 2020. Angka tersebut kembali turun pada tahun berikutnya, dengan 1.417.104 kasus dengan biaya Rp1,78 triliun.
5. Thalassemia
Thalassemia menghabiskan 2,89 persen alias Rp1,77 triliun dana BPJS Kesehatan. Berbeda dengan 4 penyakit sebelumnya, thalassemia mencatat tren kenaikan kasus dari tahun ke tahun.
Pada 2019 tercatat ada 253.989 klaim kasus thalassemia dengan biaya Rp590 miliar. Tahun berikutnya meningkat menjadi 258.275 dan menghabiskan Rp581 miliar. Puncaknya terjadi pada 2021, di mana dana Rp604 miliar dihabiskan untuk pembiayaan 281.577 kasus thalassemia.
6. Haemophilia atau Hemofilia
Haemophilia atau hemofilia adalah kelainan pembekuan darah. Penyakit ini menguras 2,50 persen dana BPJS Kesehatan atau sebesar Rp1,53 triliun. Mirip dengan thalassemia, tren kasus hemofilia meningkat setiap tahun.
Awalnya ada 79.312 kasus hemofilia yang menghabiskan Rp455 miliar dana BPJS Kesehatan pada 2019. Kasus ini kemudian naik menjadi 83.019 pada tahun berikutnya dengan pembiayaan sebesar Rp491 miliar. Pada 2021, BPJS Kesehatan harus mengeluarkan Rp590 miliar untuk menangani klaim 98.225 penyakit hemofilia.
7. Leukemia
BPJS Kesehatan menghabiskan Rp1,2 triliun atau 1,95 persen dana untuk menangani klaim kasus leukemia alias kanker darah. Namun, penyakit ini mencatat penurunan dari tahun ke tahun.
Kasus leukemia ada 151.105 pada 2019 dengan biaya yang dihabiskan Rp436 miliar. Biaya untuk tahun berikutnya menurun ke Rp399 miliar dibarengi dengan penurunan kasus ke 140.221. Lalu, pada 2021 tercatat ada 137.749 kasus yang menguras Rp364 miliar dana BPJS Kesehatan.
8. Sirosis Hepatitis
Terakhir, ada penyakit sirosis hepatitis yang menyedot 1,46 persen dana BPJS Kesehatan atau sebesar Rp898 miliar sejak 2019. Kendati, klaim penyakit ini terus mengalami penurunan.
Semula, BPJS Kesehatan menggelontorkan Rp368 miliar untuk membiayai 205.992 kasus sirosis hepatitis. Jumlah tersebut turun pada 2020 menjadi Rp291 miliar untuk 128.368 kasus. Tahun berikutnya, ada 160.152 kasus dengan pembiayaan Rp 238 miliar. [rna]